|
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kesehatan adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan
adalah upaya penanggulangan dan
pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan
perawatan (Fauziah,2012). Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan
dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang
dilaksanakan secara, terpadu dan menyeluruh dan berkesinambungan. Upaya
ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia
biologis, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya (Depkes RI, 2009).
|
Pengetahuan adalah hasil
‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraaan terhadap
suatu objek tertentu. Pengindraan
terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
dari mata dan telinga. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Karena dari pengalaman dan
penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih
langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo 2011).
Pengetahuan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi status kesehatan termasuk
kesehatan gigi. Apabila materi atau objek yang ditangkap pancaindra adalah
tentang gigi, gusi, serta kesehatan gigi
pada umumnya. Pengetahuan yang di peroleh adalah gigi ,gusi, serta
kesehatan gigi pula (Budiharto, 2010).
Pengetahuan tentang dampak buruk rokok bagi
kesehatan semakin lama semakin meningkat dengan makin banyaknya laporan
bukti-bukti ilmiah di berbagai jurnal kedokteran dunia. Ternyata dari asap
rokok, bukan hanya nikotin saja yang berbahaya tetapi juga zat-zat lain yang
terdapat dalam asap rokok serta tar sebagai hasil dari pembakaran tembakau, ikut menyumbang bahaya rokok bagi
kesehatan. Bahaya tersebut ikut diperkuat oleh efek mencandu oleh nikotin. Dengan
adanya kecanduan, perokok akan selalu mencari rokok setiapkali ketagihan, dan
dengan demikian membuat zat-zat berbahaya tadi makin menumpuk dalam tubuhnya,
sehingga secara berangsur mendekatkan kepada resiko penyakit akibat rokok
(Kementrian Kesehatan RI, 2013).
Merokok merupakan masalah yang belum terselesaikan
hingga saat ini. Merokok sudah melanda berbagai kalangan dari anak-anak sampai
orang tua, laki-laki maupun perempuan. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas 2010), sekitar 34% atau sebanyak 80 juta penduduk Indonesia adalah perokok
(Dimyati, 2011). Dengan angka ini, World
Health Organization (WHO) mengurutkan Indonesia ke peringkat tiga dunia
setelah Cina dengan 390 juta perokok dan India dengan 144 juta perokok
(Dimyati, 2011).
Bagi perokok, merokok adalah bagian dari rutinitas sehari-hari bahkan menjadi
suatu kebiasaan. Banyak hal yang dapat memicu seseorang untuk merokok, misalnya
merokok setelah bangun pagi, sambil minum kopi, setelah makan siang, atau
ketika berbicara di telepon. Itu adalah sebuah bukti bahwa merokok sudah
menjadi rutinitas sehari-hari. Melihat orang lain merokok pun bisa jadi pemicu
anda untuk menyalakan sebatang rokok. Merokok bukan hanya sekedar rutinitas
merokok adalah suatu bentuk ketergantungan nikotin (Ferdiwardi, 2008).
Kebiasaan merokok meningkatkan risiko timbulnya
berbagai penyakit seperti penyakit jantung dan gangguan pembuluh darah, kanker
paru-paru, kanker rongga mulut, kanker laring, kanker esofagus, bronkhitis,
tekanan darah tinggi, impotensi serta gangguan kehamilan dan cacat pada janin.
Namun tetap saja pada kenyataannya, kebiasaan merokok ini sulit dihilangkan dan
jarang diakui responden sebagai suatu kebiasaan buruk (Jurnal e-GiGi, 2014).
Merokok
salah satu penyebab utama dari perubahan warna pada gigi karena mengandung
bahan kimia tar dan lainnya yang mengubah warna gigi seseorang, dan obat-obatan
tertentu, seperti antibiotik tetrasiklin juga dapat menyebabkan perubahan warna
pada gigi. Itu terjadi, seseorang harus berbicra dengan dokternya dengan
menurunkan dosis atau beralih ke jenis lain obat yang tidak mempengaruhi warna
gigi (Amat Kalima,2011).
Stain mempunyai dampak yang buruk terhadap
kesehatan. Stain juga dapat menyebabkan gigi berwarna coklat sampai hitam pada
bagian leher gigi. Distribusi dan perubahan warna yang ditentukan oleh tipe,
jumlah, dan lamanya kebiasaan mengkonsumsi rokok, kopi, teh dan sirih, maka
semakin besar peluang untuk perubahan warna giginya (Republikaonline, 2007).
Presentase orang yang merokok di
Provinsi Aceh berada pada peringkat ketiga setelah provinsi Bangka Belitung dan
Riau dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya di indonesia. Dimna-mana orang
merokok tidak terkecuali di warung kopi. Mungkin agak susah bagi pemda mengeluarkan
“qanun”
(peraturan daerah) tentang larangan merokok di tempat-tempat
tertentu apalagi melarang merokok di warung kopi, karena kopi dan rokok hampir
tidak dapat dipisahkan (Wisata Kompasiana, 2014).
Berdasarkan data yang diperoleh Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas,2013) Perilaku merokok penduduk 15 tahun keatas
masih belum terjadi penurunan dari 2007 ke 2013, cenderung meningkat dari
(34,2%) tahun 2007 menjadi (36,3%) tahun 2013. (64,9%) laki-laki dan (2,1%)
perempuan masih menghisap rokok tahun 2013. Ditemukan 1,4 persen perokok umur
10-14 tahun, 9,9 persen perokok pada kelompok tidak bekerja, dan 32,3 persen
pada kelompok kuintil indeks kepemilikan terendah. Sedangkan rerata jumlah
batang rokok yang dihisap per hari adalah sekitar 12,3 batang, bervariasi dari
yang terendah 10 batang di Yogyakarta dan tertinggi di Bangka Belitung (18,3
batang) dan di Riau (16-17 batang) sedangkan provinsi Aceh pada peringkat ketiga
(15,3 batang) dari 33 provinsi di Indonesia.
Berdasarkan wawancara dan pemeriksaan awal yang
dilakukan penulis pada 10 di Desa Cut Kecamatan Titeue Kabupaten Pidie tahun 2015. Didapatkan 7 orang perokok memiliki pengetahuan yang
kurang tentang Stain. Dari pemeriksaan 10 responden di Desa Cut Kecamatan
Titeue Kabupaten Pidie tahun 2015, didapatkan
8 orang perokok memiliki stain pada gigi dan 2 orang perokok tidak memiliki
stain pada giginya. Oleh karena itu, peneliti merasa tertarik untuk melakukan
penelitian tentang Hubungan Pengetahuan Perokok Dengan Stain di Desa Cut
Kecamatan Titeue Kabupaten Pidie tahun
2015.
B.
Rumusan
Masalah
Dari uraian
latar belakang di atas maka penulis ingin mengetahui apakah ada hubungan pengetahuan
perokok dengan Stain gigi di Desa Cut
Kecamatan Titeue Kabupaten Pidie tahun
2015.
C.
Tujuan
Penelitian
Untuk
mengetahui hubungan pengetahuan perokok dengan Stain gigi di Desa Cut Kecamatan
Titeue Kabupaten Pidie tahun 2015.
D.
Mamfaat
Penilitian
1.
Bagi
penulis
Menambahkan pengetahuan, wawasan dan pengalaman
dalam bidang kesehatan gigi dan mulut khususnya pengaruh rokok terhadap
pewarnaan gigi (Stain).
2.
Bagi
Akademik
Hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi atau dijadikan kajian
pustaka bagi mahasiswa Jurusan Keperawatan Gigi Politekknik Kesehatan Aceh.
3.
Bagi
Tempat Penelitian
Dapat
menambah ilmu pengetahuan dan wawasan perokok terhadap pewarnaan gigi (Stain) di
Desa Cut Kecamatan Titeue Kabupaten Pidie tahun 2015, agar dapat melakukan pencegahan
dan cara penanggulangan Stain sejak dini.
|
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengetahuan
Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi status kesehatan termasuk
kesehatan gigi. Apabila materi atau objek yang ditangkap pancaindra adalah
tentang gigi, gusi, serta kesehatan gigi
pada umumnya. Pengetahuan yang di peroleh adalah gigi ,gusi, serta
kesehatan gigi pula (Budiharto, 2010).
Pengetahuan tentang dampak buruk rokok bagi
kesehatan semakin lama semakin meningkat dengan makin banyaknya laporan
bukti-bukti ilmiah di berbagai jurnal kedokteran dunia. Ternyata dari asap
rokok, bukan hanya nikotin saja yang berbahaya tetapi juga zat-zat lain yang
terdapat dalam asap rokok serta tar sebagai hasil dari pembakaran tembakau, ikut menyumbang bahaya rokok bagi
kesehatan. Bahaya tersebut ikut diperkuat oleh efek mencandu oleh nikotin. Dengan
adanya kecanduan, perokok akan selalu mencari rokok setiapkali ketagihan, dan
dengan demikian membuat zat-zat berbahaya tadi makin menumpuk dalam tubuhnya,
sehingga secara berangsur mendekatkan kepada resiko penyakit akibat rokok
(Kementrian Kesehatan RI, 2013).
Golongan perokok berat yaitu apabila mereka mampu merokok dari 21-31 batang perhari atau lebih , dan selang waktu sejak bangun pagi berkisar antara 6-30 menit. Perokok sedang biasanya mampu menghabiskan 11-21 batang dengan selangwaktu 31-60 menit setelah bangun pagi. Perokok ringan menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan selang waktu 60 menit dari bangun pagi (Triswanto, 2007:40). Merokok merupakan salah satu oral habit yang paling buruk dan bisa menyebabkan kerusakan jangka panjang baik terhadap kesehatan tubuh maupun rongga mulut. Banyak pengeruh rokok terhadap kesehatan rongga mulut, seperti pewarnaaan atau staining pada gigi dan mukosa mulut serta bau mulut yang paling sering dialami oleh para perokok (Ramadhan, A, 2010).
Golongan perokok berat yaitu apabila mereka mampu merokok dari 21-31 batang perhari atau lebih , dan selang waktu sejak bangun pagi berkisar antara 6-30 menit. Perokok sedang biasanya mampu menghabiskan 11-21 batang dengan selangwaktu 31-60 menit setelah bangun pagi. Perokok ringan menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan selang waktu 60 menit dari bangun pagi (Triswanto, 2007:40). Merokok merupakan salah satu oral habit yang paling buruk dan bisa menyebabkan kerusakan jangka panjang baik terhadap kesehatan tubuh maupun rongga mulut. Banyak pengeruh rokok terhadap kesehatan rongga mulut, seperti pewarnaaan atau staining pada gigi dan mukosa mulut serta bau mulut yang paling sering dialami oleh para perokok (Ramadhan, A, 2010).
Perilaku
merokok telah menjadi suatu hal yang biasa dilakukan di berbagai tempat, bahkan
di tempat umum. Rokok pun dapat dengan mudah didapatkan. Hanya ada beberapa
tempat yang telah memberlakukan batasan umur dalam hal pembelian rorkok.
Kebiasaan merokok dimulai dengan adanya rokok pertama, umumnya rokok dimulai
saat usia remaja (Jurnal kesehatan,2012).
B.
Pengertian
Rokok Dan Zat Berbahaya Dalam Rokok.
1.
Rokok
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara
70-120 mm dengan diameter 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah di
cacah. Rokok dibakar disalah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya
dihirup melalui mulut pada ujung lain. Bahan dasar rokok adalah tembakau.
Tembakau terdiri dsri berbagai bahan kimia yang dapat membuat seseorang
ketagihan, walaupun mereka tidak ingin mencobanya lagi (Pratiwi, 2013).
2.
Zat
Berbahaya Dalam Rokok
a. Nikotin
Nikotin
merupakan senyawa kimia yang secara alami ditemukan pada tembakau, bersifat
sangat adiktif bahkan sama adiktifnya dengan kokain dan heroin. Seiring dengan
berjalannya waktu, tubuh akan sering tergantung secara fisik dan psikologis. Zat
ini mengandung candu yang bisa menyebabkan seseorang ketagihan untuk terus
menghisap rokok.
Pengeruh
bagi tubuh manusia:
1) Menyebabkan
kecanduan/ketergantungan
2) Merusak
jaringan otak
3) Menyebabkan
darah membeku
4) Mengeraskan
dinding arteri
b. Tar
Tar dalam bahasa indonesia ter, merupakan sejenis cairan kental
berwarna coklat tua atau hitam yang diperoleh dengan cara didestilasi dari kayu
atau arang. Ter ini juga terdapat pada getah tembakau. Pengaruh terhadap gigi
dan mulut sebagai uap padat. Setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk
endapan berwarna coklat pada permukaan gigi. Endapan ini berfariasi antara 24-40 mg perbatang rokok, sementara kadar rokok berkisar
24-45mg (Wastuwibowo, 2004).
Bahan dasar
pembuatan aspal yang dapat menempel pada paru-paru dan bisa menimbulkan iritasi
bahkan kanker pengaruh bagi tubuh manusia:
1) Membunuh
sel dalam saluran darah
2) Meningkatkan produksi lindir dalam paru-paru
3) Menyebabkan
kanker paru-paru
c.
Karbon Monoksida
Gas yang bisa menimbulkan penyakit jantung karena
gas ini bisa mengikat oksigen dalam tubuh.
Pengaruh
bagi tubuh manusia:
1) Mengikat
hemoglobin, sehingga tubuh kekurangan oksigen
2) Menghalangi
tranportasi dalam darah
d. Zat Karsionogen
Pengaruh
bagi tubuh manusia Memicu pertumbuhan sel kanker
e.
Zat Iritan
Zat-zat
asing berbahaya tersebut adalah zat yang terkandung dalam asap rokok, dan ada
4000 zat kimia yang terdapat dalam sebatang rokok, 40 diantaranya tergolong zat
yang berbahaya misalnya: hidrogen sianida (HCN), arsen, amonia, polonium, dan
karbon monoksida (CO).
Merokok merupakan
penyebab utama dari perubahan warna pada gigi karena mengandung bahan kimia tar
dan lainnya yang mengubah warna gigi seseorang, dan obat-obatan tertentu, seperti
antibiotik tetrasiklin juga dapat menyebabkan perubahan warna pada gigi. Itu
terjadi, seseorang harus berbicara dengan dokternya dengan menurunkan dosis
atau beralih ke jenis lain obat yang tidak mempengaruhi warna gigi (Amat
Kalima,2011).
C. Dental Stain
1.
Pengertian
Menurut Grossman (1995), stain adalah deposit
berpigmen pada permukaan gigi yang merupakan masalah estetik dan masalah yang
membuat permukaan gigi menjadi kasar yang selanjutnya akan menyebabkan
penumpukan plak sehingga mengiritasi gusi atau gingiva didekatnya.
Stain pewarnaan pada gigi yang terjadi melalui 3
cara:
a. Stain
melekat langsung pada permukaan gigi melalui acquired pelicel,
b. Stain
yang mengendap pada kalkulus dan deposit lunak, dan
c. Stain bersatu dengan struktur gigi dan bahan tambalan.
Stain yang melekat langsung pada permukaan gigi dan stain yang mengendap pada
kalkulus dapat dihilangkan dengan cara diskelling dan dipoles (Putri Megananda
Hiranya, 2011).
Stain ekstrinsik adalah stain yang diakibatkan oleh
faktor-faktor yang berasal dari tumpukan zat-zat berwarna yang melekat pada
permukaan gigi. Warna, komposisi dan perlekatan stain bervariasi tergantung
dari penyebabnya. Stain tersebut dapat berwarna hijau, cokelat, orange, hitam
atau putih yang didahului dengan adanya zat yang melekat pada permukaan gigi.
Stain mempunyai estetik yang kurang baik tetapi tidak menyebabkan iritasi
gingival maupun berfungsi sebagai fokus deposisi plak (NF Johari, 2011).
Stain ektrinsik dapat disebabkan oleh tambalan
amalgam dan deposit yang terjadi pada permukaan gigi, perlekatan warna makanan
dan minuman seperti, kopi, teh, wine, dan juga rokok dapat mengakibatkan stain
berwarna kecokelatan pada gigi (Putri Megananda Hiranya dkk, 2010). Stain akibat tembakau membuat diposit yang
berwarna cokelat tua atau hitam dan
melekat erat serta menyebabkan perubahan warna pada gigi. Stain dan tembakau
ini disebabkan oleh pembakaran dan adanya penetrasi air tembakau kedalam ceruk
atau fisure email dan dentin. Terjadinya stain ini tidak selamnya bergantung
pada kehebatan merokok seorang tetapi juga bergantung pada kutikula yang telah
terlebih dahulu terbentuk yang akan melekatkan produk bakteri ke permukaan
gigi.
2. Macam-macam
stain
Macam-macam stain ekstrinsik yang sering ditemukan
secara klinis dijelaskan sebagai berikut:
a.
Yellow stain
Secara
klinis terlihat sebagai plak yang mengalami pewarnaan kuning-kuningan. Stain
ini dihubungkan dengan keberadaan plak. Dapat terjadi disemua usia, dan lebih
banyak dijumpai pada individu yang mengabaikan kebersihan mulutnya. Penyebabnya
biasanya berasal dari pigmen makanan.
b.
Brown Stain
Brown stain merupakan suatu pelikel tipis,
translusen, biasanya bebas kuman yang mengalami pigmentasi. Stain terjadi pada
orang yang kurang baik menyikat giginya atau menggunakan pasta gigi yang aksi
pembersihannya kurang baik.Sering dijumpai pada permukaan bukal gigi molar
rahang atas dan permukaasn lingual insisif rahang bawah.
c.
Tobacco Stain
Tembakau menyebabkan deposit yang berwarna cokelat
tua atau hitam dan melekat erat serta menyebabkan perubahan warna pada gigi.
Staining dari tembakau ini disebabkan oleh karena pembakaran dan adanya
penetrasi air tembakau ke dalam ceruk dan fisura email dan dentin. Terjadinya
stain ini tidak selamanya bergantung pada kehebatan merokok seseorang tetapi juga
bergantung pada kutikula yang telah terlebih dahulu terbentuk yang akan
melekatkan produk bakteri ke permukaan gigi.
d.
Black Stain
Stain ini biasanya terjadi berupa suatu garis hitam
yang tipis pada permukaan oral dan vestibular gigi dekat gingival margin dan
berupa bercakan yang difus pada permukaan proksimal.Black stain melekat erat,
ada kecenderungan terbentuk kembali setelah dibersihkan. Lebih sering terjadi
pada wanita dan dapat terjadi pada orang dengan oral hygiene yang
baik.Penyebabnya adalah bakteri kromogenik.
e.
Green Stain
Stain yang berwarna hijau atau kuning kehijau-
hijauan yang biasa dijumpai pada anak-anak. Green stain dianggap sebagai
kutikula email yang ,mengalami pewarnaan, tetapi anggapan ini belum dapat
dibuktikan dengan jelas. Green stain biasanya terjadi pada permukaan labial
gigi anterior rahang atas pada pertengahan gingival. Green stain dapat terjadi
pada semua umur, tetapi lebih sering terjadi pada anak-anak. Anak laki-laki
lebih sering daripada anak perempuan.
f.
Orange Stain
Orange stain lebih jarang dijumpai dibandingkan
dengan green stain atau brown stain.Terbentuknya oleh mikroorganisme
kromogenik, seperti serratia marcescense dan flavorbacterium lutesconts.
3.
Pencegahan
Terjadinya Stain
Stain dapat
dicegah dengan cara memelihara kesehatan gigi dan mulut dengan baik adalah satu dan bermacam cara yang bermamfaat untuk
mengurangi noda dan pewarnaan pada gigi, apabila ada seorang perokok, orang
yang minum kopi dan teh minuman bersoda, anda dapat memperkecil jumlah atau
kebiasaan tersebut, serta dapat pula meninggalkan kebiasaan yang dapat
menyebabkan gigi berstain (Republika oneline, 2012).
4.
Cara
Menghilangkan Stain
Secara kimiawi stain dapat dihilangkan dengan
menggunakan larutan kusus. Larutan yang biasa digunakan diklinik oleh dokter
gigi, sudah tersedia dalam kemasan pabrik. Bahan tersebut umumnya bersifat
sangat asam dengan tujuan menghilangkan stain yang tidak bisa dihilangkan
dengan menyikat gigi. Larutan pembersih stain harus digunakan secara teliti
oleh dokter gigi untuk menghindari efek buruk erosi pada gigi (Lestari Dian
Ayu,2011)
|
KERANGKA
KONSEP PENELITIAN
A.
Kerangka
Konsep
Merokok dalam jangka waktu tertentu membuat noda
nikotin pada permukaan gigi dan menjadi
perubahan warna gigi menjadi hitam (Stain). Seseorang yang mempunyai
pengetahuan rendah mengenai kesehatan gigi dan mulut merupakan faktor yang
tidak mendukung kesehatan gigi dan mulutnya (Riyanti, 2005).
Berdasarkan teori di atas maka dapat dilihat
kerangka konsep yang digambarkan sebagai berikut:
Stain
Gigi
|
Pengetahuan
perokok
|
B.
Variabel
Penelitian
1. Variabel
independen/bebas yaitu: pengetahuan perokok.
2. Variabel
dependent/terikat yaitu: stain gigi.
C.
Hipotesa
Ada hubungan
antara pengetahuan perokok dengan Stain gigi di Desa Cut Kecamatan Titeue
Kabupaten Pidie tahun 2015.
|
D.
Definisi
Operasional
No
|
Variabel
|
Definisi
Operasional
|
Cara Ukur
|
Alat Ukur
|
Hasil Ukur
|
Skala Ukur
|
1.
|
Independentpengetahuan
perokok
|
Pemahaman
tentang segala hal yang di ketahui dan dimengerti perokok terhadap Stain/
pewarnaan gigi meliputi: dampak rokok terhadap gigi pencegahan stain,
menghilangkan stain
|
Wawancara
|
Quisioner
|
-Baik
≥50,
-Kurang
Baik <50 |
Ordinal
|
2.
|
Dependent
Stain Gigi
|
Ada
tidak adanya
Lapisan
tipis gigi yang disebabkan oleh merokok sehingga warna gigi menjadi kuning atau
kecoklatan sampai kehitaman.
|
Pemeriksaan
|
Diaknosa
Set dan Ksp
|
-Ada
-Tidak
Ada
|
Nominal
|
|
METODE
PENELITIAN
A.
Jenis
Penelitian
Penelitian
ini bersifat analitik yaitu mengetahui
hubungan pengetahuan perokok dengan
Stain gigi pada masyarakat di Desa Cut Kecamatan Titeue Kabupaten Pidie tahun
2015.
B.
Tempat
dan Waktu penelitian
1.
Tempat
penelitian
Penelitian dilaksanakan pada
masyarakat di Desa Cut Kecamatan Titeue Kabupaten Pidie tahun 2015.
2.
Waktu
penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan 09-15 Maret 2015
C. Populasi dan Sampel
1.
Populasi
Populasi
yang diambil dalam penelitian ini adalah masyarakat laki-laki yang berjumlah
243 orang di Desa Cut Kecamatan Titeue Kabupaten Pidie tahun 2015.
2.
Sampel
Sampel
yang diambil dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan keteria berikut:
-
Pria perokok
- Usia 18-60 tahun
-
Dapat diajak bekerja sama
Dengan jumlah sampel 30 orang.
D.
Instrumen
Penelitian
Istrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah diagnosa set, KSP, dan kuisioner.
E.
Cara
Pengumpulan Data
1.
Data
Primer
Data ini
diperoleh langsung dengan cara melakukan pemeriksaan dengan melihat adanya
stain pada gigi dan hasil wawancara menggunakan
kuisioner.
kuisioner.
2.
Data
Skunder
Data diperoleh
dari geuchik di Desa Cut Kecamatan Titeue Kabupaten Pidie tahun 2015 yang
berjumlah penduduk laki-laki 243 orang.
F.
Pengolahan
data dan Analisa Data
1. Proses
pengolahan data dilakukan dengan teknik manual
Pengolahan data
dengan teknik menual dengan menggunakan langkan-langkah sebagai berikut:
a. Editing
Editing
ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang dapat diolah dengan baik sehingga
menghasilkan informasi yang benar. Kegiatan yang dilakukan adalah untuk
mengoreksi kesalahan-kesalahan dalam pengisian atau pengolahan data.
b. Coding
Coding
adalah usaha untuk mengklasifikasikan jawaban atau hasil yang ada menurut macam
klasifikasi dilakukan dengan cara menandai masing-masing jawaban dengan kode
tertentu.
c.
Tabuling
Data
yang deperoleh dikelompokkan dan ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi.
G.
Analisa
Data
Data yang diperoleh
dari hasil penelitian dianalisa, yaitu :
1. Analisa Univariate
Analisa
univariate ini dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari setiap
variabel independent
2. Analisa Bivariate
Untuk
mengetahui hubungan antara variabel independent yaitu pengetahuan perokok
terhadap variabel dependent Stain gigi, dalam hal ini dilakukan pengujian
statistik dengan menggukan uji Chi-Square
dengan α 0,05.
BAB
V
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang dilaksanakan pada tanggal 09 s/d 15
Maret2015 di Desa Cut Kecamatan Titeue
Kabupaten Pidie tahun 2015, sampel
dalam penelitian berjumlah 30,dimana
hasil pengumpulan data diperoleh dengan melakukan wawancara dan pemeriksaan pada masyarakat
Desa Cut Kecamatan Titeue Kabupaten
Pidie. Berdasarkan
hasil
pengolahan data yang didapat
dari
lapangan
disajikan
dalam
bentuk
table
dan
narasi
diperoleh
hasil
sebagai
berikut:
1.
Data
umum
Distribusi
frekuensi responden
berdasarkan
jenjang pendidikan pada masyarkat Desa Cut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel
1
Distribusi
Frekuensi Responden Berdasarkan jenjang pendidikan Masyarakat Desa Cut
Kecamatan Titeue Kabupaten Pidie
Tahun
2015
No.
|
Pendidikan
|
Frekuensi
|
Persentase
|
1.
|
SMA
|
13
|
43%
|
2.
|
D3
|
11
|
37
%
|
3.
|
S1
|
6
|
20 %
|
Total
|
30
|
100
%
|
Dari
tabel 2 di atas
menunjukkan
bahwa
responden jenjang pendidikan SMA sebanyak 13 (43%), dan yang tamatan D3
sebanyak 11 (37%), sedangkan yang tamatan S1 sebanyak 6 orang (20%).
2.
Data
Khusus
a. Data
univariat
1)
Pengetahuan
perokok
Distribusi
frekuensi dan
persentase
responden
berdasarkan
pengetahuan
perokok
pada
masyarakat
Desa Cut Kecamatan Titeue Kabupaten
Pidie dapat
dilihat
pada
table
dibawah:
Tabel
2
Distribusi
Frekuensi Responden Berdasarkan
Pengetahuan
Perokok Pada masyarakat
Desa Cut Kecamatan Titeue
Kabupaten
Pidie
Tahun2015
No.
|
Pengetahuanperokok
|
Frekuensi
|
Persentase
|
1.
|
Baik
|
21
|
70 %
|
2.
|
Kurangbaik
|
9
|
30 %
|
Total
|
30
|
100
%
|
Dari tabel 3 di
atas di ketahui bahwa pengetahuan perokok termasuk dalam kategori baik yaitu 21 responden (70%), sedangkan 9 responden (30%)
lainnya termasuk kategori kurang baik.
2) Stain gigi
Distribusi
frekuensi dan
persentase
responden
berdasarkan stain gigi
pada
masyarakat
Desa Cut Kecamatan Titeue Kabupaten
Pidie dapat
dilihat
pada
table
dibawah:
Tabel
3
Distribusi
Frekuensi danPersentaseRespondenBerdasarkan Stain GigiPadaMasyarakat Desa Cut
Kecamatan
TiteueKabupaten Pidie
Tahun 2015
No.
|
Stain gigi
|
Frekuensi
|
Persentase
|
1.
|
Ada
|
14
|
46,7 %
|
2.
|
Tidakada
|
16
|
53,3 %
|
Total
|
30
|
100
%
|
Dari tabel 4diatasdiketahuibahwa 14 responden (46,7%)
terdapat stain gigi, sedangkan 16 renponden (53,3%) lainnyatidakterdapat stain
gigi.
b. Data
bivariat
Tabulasi silanghubungan pengetahuan perokok
denganstain gigi pada masyarakat Desa Cut Kecamatan Titeue Kabupaten Pidie tahun 2015dapatdilihatpadatabel di bawahini :
Tabel 4
Hasil
Perhitungan Chi-Square Untuk Mengetahui Hubungan
Pengetahuan
Perokok DenganStain Gigi pada Masyarakat
Desa
Cut Kecamatan Titeue Kabupaten Pidie
Tahun
2015
No
|
Pengetahuan
Perokok
|
Stain Gigi
|
Total
|
%
|
Hasil
uji statistik
|
|||
Ada
|
Tidak Ada
|
|||||||
F
|
%
|
F
|
%
|
|||||
1.
|
Baik
|
5
|
16,7
|
16
|
53,3
|
21
|
70
|
P = 0,001
df = 1
α = 0,05
|
2.
|
Kurang
baik
|
9
|
30
|
0
|
0
|
9
|
30
|
|
Total
|
14
|
46,7
|
16
|
53,3
|
30
|
100
|
Berdasarkan tabel 4 diatas dapat dilihat bahwa dari 30 responden
pengetahuan perokok katagori baik
mempunyai stain gigi 5 orang (16,7%) dan tidak ada stain gigi 16 orang
(53,3%), sedangkan yang pengetahuan perokok katagori kurang baik mempunyai stain
gigi 9 orang (30%), yang memiliki pengetahuan kurang baik dengan kriteria tidak
ada stain gigi tidak ada.
Berdasarkan hasil uji statistic menunjukkan nilai P sebesar 0,001
sedangkan
nilaiα sebesar 0,05 dan
df = 1. Oleh
karena
nilai P <α maka
secara
statistic
dikatakan
memiliki
hubungan yang bermakna.Maka
dalam
penelitian
ini Ha diterima, yaitu
ada
hubungan
antara
pengetahuan
perokok dengan stain
gigi .
B.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada
tanggal 09 -15 Maret 2015 pada 30 perokok di masyarakat Desa Cut Kecamatan
Titeue Kabupaten pidie tahun 2015, didapatkan responden yang berpengetahuan
baik sebanyak 21 orang (70%), dan yang berpengetahuan kurang baik sebanyak 9
orang (30%). Penulis berasumsi bahwa responden tahu tentang stain gigi yang
dapat mengakibatkan gigi berubah warna menjadi coklat sampai kehitaman karena
dipengeruhi oleh faktor pendidikan rata-rata masyarakat Desa Cut menempuh
jenjang pendidikan sampai perkuliahan, walaupun demikian pengetahuan tentang
efek buruk rokok terhadap stain gigi tidak menjadi suatu alasan beberapa orang
dari mereka untuk berhenti merokok hal ini diduga dipengeruhi oleh faktor lain
yaitu dengan adanya teman-teman yang masih merokok, sehingga rokok dapat
diperoleh dimana saja. Sejalan dengan pendapat (Marwan,2009) terdapat tujuh macam motivasi seorang perokok antara
lain rokok sebagai alat pergaulan (psikososial),
kepuasan syaraf (sensorimator),
sumber kenikmatan, menghilangkan perasaan tak enak, perangsang, memenuhi
kecanduan (adiktif) serta
keterbiasaan.
Pengetahuan yang tinggi apabila disertai dengan
kesadaran dalam merawat kesehatan gigi maka akan mendapatkan hasil yang sempurna.
Begitu juga sebaliknya, pengetahuan yang rendah apabila disertai sengan
kesadaran dalam merawat kesehatan gigi maka akan mendapatkan hasil yang tidak
sempurna. Pengetahuan yang harus dimiliki yaitu tentang faktor penyebab stain
serta pengetahuan tentang keseluruhan masalah ilmu kesehatan gigi (Suwelo,
2008).
Sejalan dengan pendapat (Ramadhan,2010) merokok
merupakan salah satu oral habit yang paling buruk dan bisa menyebabkan
kerusakan jangka panjang baik terhadap kesehatan tubuh maupun rongga mulut. Staining
pada gigi dan mukosa rongga mulut serta bau mulut merupakan masalah yang paling
umum dialami oleh para perokok. Berdasarkan hasil pemeriksaan stain gigi pada
30 orang responden yang memiliki stain pada gigi sebanyak 14 orang (46,7%), dan
yang tidak memiliki stain pada gigi sebanyak 16 Orang (53,7%). Sebagian dari
masyarakat Desa Cut Kecamatan Titeue Kabupaten Pidie mengalami perubahan warna
pada gigi (stain) menjadi coklat sampai kehitaman. Pewarnaan gigi atau yang
disebut stain bisa disebabkan oleh banyak faktor diantaranya pemakaian tembakau
seperti rokok (Wilz,2006). Perubahan warna gigi akan semakin besar jika semakin
sering mengkonsumsi rokok, ditambah lagi jangka waktu yang lama (Republika
Online,2007).
Peneliti berasumsi responden memiliki wawasan atau
mencari tahu tentang pewarnaan gigi sehingga mereka mengetahui tiori tentang
pewarnaan gigi. Walaupun mereka sangat sadar dan tahu efek negatif dari rokok,
namun mereka tidak terlepas dari kebiasaan buruk tersebut. Hal ini didukung
oleh teori (Sastroasmo,2007), manusia selalu berfikir dan selalu mencoba
mengaitkan antara fenomena dengan teori yang diketahui. Makin banyak teori yang
dimiliki manusia dengan banyaknya membaca dan makin banyak fakta yang
diperoleh, maka makin tinggi pula pengetahuannya, akan tetapi, namun terkadang
seseorang tidak menyadari bahwa begitu pentingnya hal tersebut bagi dirinya,
oleh sebab itu cenderung untuk melakukan hal tersebut sesuai dengan apa yang
diketahui. Karena pengetahuan yang baik apabila tidak disertai oleh kesadaran
maka tidak akan bersifat lama.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Dari
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
Ada
hubungan antara pengetahuan perokok dengan stain gigi pada masyarakat Desa Cut
Kecamatan Titeue Kabupaten Pidie Tahun 2015 ( nilai P<α)
B.
Saran
a.
Diharapkan kepada masyarakat Desa Cut dapat mengurangi mengkonsumsi rokok karena dapat berpengaruh terhadap stain
gigi
b.
Diharapkan kepada masyarakat Desa Cut supaya dapat meningkatkan kesadaran dalam
menjaga kebersihan gigi dan mulut.
c. Diharapkan kepada masyarakat Desa Cut yang memiliki kebiasaan
merokok agar dapat memperhatikan kebersihan gigi dan mulut dengan baik dan
menguulan mengunjung poli gigi 6 bulan sakli.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes
RI, 2009. Pengetahuan Dasar Tentang
kesehatan Gigi dan Mulut,Direktorat
kesehatan Gigi : Jakarta.Dinkes pada tanggal 6/4/2013 pukul 22 :15.
Depkes,2009,
tujuan pembangunan kesehatan nasional, Departemen
Kesehatan
R.I. Jakarta.
R.I. Jakarta.
Budiharto,
2010. Pengantar ilmu perilaku Kesehatan
Dan Pendidikan Kesehatan
Gigi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal: 18-19.
Gigi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal: 18-19.
Ramadhan,
A, G.,2010.seba-serbi Kesehatan Gigi dan
Mulut, Jakarta.
Notoatmodjo
Soekidjo, 2011. Ilmu dan seni , penerbit Buku Ilmu Kesehatan Masyarakat Rineka
Cipta, Jakarta hal: 147
Lindawati,2012.
Health Quality. Politeknik Kesehatan
Kementrian Jakarta.
Ferdiwardi,
2008. Takut rokok/ [http://ferdiwardi.wordpress.com
Salika
NS, 2010. Serba serbi kesehatan perempuan
: apa yang perlu tahu tentang
tubuhmu /Salika NS ; editor,Dewi Fita-cet 1 Jakarta
tubuhmu /Salika NS ; editor,Dewi Fita-cet 1 Jakarta
Riskesdas,
2013. Pengguna tembakau, hal 132-138,
Badan Penelitian dan Pembangunan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, Jakarta
Putri
Magananda Hiranya, 2010. Ilmu pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung
Gigi, Jakarta: Buku Kedokteran EGC, Hal 77-85
Lestari
Dian Ayu, 2008. Skripsi pengaruh Jeruk Nipis (Chitrus Aurantifolia) Terhadap
Indek Stain Tembakau, Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Hasanuddi, Makasar
Pratiwi,2013.http://pratiwirandukan.blogspot.com/2013/02/karya-tulis-ilmiah-bahaya-merokok.html
Republik
oneline, 2007. Menghilangkan Noda
Menyegarkan Nafas,
http;//www.google.com
http;//www.google.com
Case
Processing Summary
|
||||||
Cases
|
||||||
Valid
|
Missing
|
Total
|
||||
N
|
Percent
|
N
|
Percent
|
N
|
Percent
|
|
Pengetahuan perokok * Stain gigi
|
30
|
100.0%
|
0
|
.0%
|
30
|
100.0%
|
Pengetahuan
perokok * Stain gigi Crosstabulation
|
|||||
Stain
gigi
|
Total
|
||||
tidak
ada
|
ada
|
||||
Pengetahuan perokok
|
kurang baik
|
Count
|
0
|
9
|
9
|
% of Total
|
.0%
|
30.0%
|
30.0%
|
||
baik
|
Count
|
16
|
5
|
21
|
|
% of Total
|
53.3%
|
16.7%
|
70.0%
|
||
Total
|
Count
|
16
|
14
|
30
|
|
% of Total
|
53.3%
|
46.7%
|
100.0%
|
Chi-Square
Testsd
|
||||||
Value
|
df
|
Asymp.
Sig. (2-sided)
|
Exact
Sig. (2-sided)
|
Exact
Sig. (1-sided)
|
Point
Probability
|
|
Pearson Chi-Square
|
14.694a
|
1
|
.000
|
.000
|
.000
|
|
Continuity Correctionb
|
11.792
|
1
|
.001
|
|||
Likelihood Ratio
|
18.403
|
1
|
.000
|
.000
|
.000
|
|
Fisher's Exact Test
|
.000
|
.000
|
||||
Linear-by-Linear Association
|
14.204c
|
1
|
.000
|
.000
|
.000
|
.000
|
N of Valid Cases
|
30
|
|||||
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 4.20.
|
||||||
b. Computed only for a 2x2 table
|
||||||
c. The standardized statistic is -3.769.
|
||||||
d. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead
of Monte Carlo results.
|
HUBUNGAN PENGETAHUAN
PEROKOK DENGAN STAIN GIGI PADA MASYARAKAT DESA CUT KECAMATAN TITEUE
KABUPATEN PIDIE TAHUN 2015.
Indentitas Responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin
4. Pendidikan :
Petunjuk :
Berilah tanda
silang (x) pada jawaban yang anda anggap benar.
A. Pengetahuan
1. Apa saja yang dapat menyebabkan perubahan warna pada
gigi?
a.
Rokok, kopi, Teh
b.
Permen dan coklat
c.
Karena minum air
dingin
2. Bagaimana menghilangkan warna pada gigi?
a.
Sikat gigi
b.
Melakukan perawatan
ke dokter gigi
c.
Membersihkan dengan
sabut kelapa
3. Berapa kali waktu menyikat gigi yang baik dalam satu
hari?
a.
Menyikat gigi pagi
hari saja.
b.
Menyikat gigi pagi
hari, setelah makan dan sebelum tidur malam
c.
Berkumur-kumur
setelah makan
4. Apa bahan berbahaya yang terkandung dalam sebatang rokok?
a.
Alkohol
b.
Zat tar
c.
Asap
5. Apa akibat merokok terhadap kebersihan gigi dan mulut?
a.
Menyebabkan gigi
berlubang
b.
Menurun minat makan
c.
Gigi berubah warna
6. Warna apa yang ditimbulkan pada gigi akibat dari merokok?
a.
Hijau seperti lumut
b.
Kuning
c.
Gigi berubah warna
7. Zat apa yang terdapat pada rokok hingga dapat membuat
warna pada gigi?
a.
Endapan nikotin
b.
Tar yang dihasilkan
oleh pembakaran tembakau
c.
Tidak tahu
8. Bagaimana cara agar gigi perokok tetap putih?
a.
Membersihkan ke
klinik gigi minimal 6 bulan skali
b.
Menyikat gigi
sehabis merokok
c.
Tidak perlu
dibersihkan karena akan hitam kembali
9. Sebaiknya kapan saja mengunjungi dokter gigi?
a.
Ketika sakit gigi
b.
Minimal 6 bulan
sekali
c.
Tidak perlu ke
dokter gigi
10. Apa akibat jika pewarnaan gigi yang tidak dibersihkan?
a.
Masalah estetika
b.
Gigi menjadi
berlubang
c.
Menghabiskan uang
Master Tabel
Berdasarkan Kuisioner dan Pemeriksaan Pada Masyrakat Desa Cut Tentang Hubungan
Pengetahuan Perokok Dengan Stain Gigi Pada Masyarakat Desa Cut Kecamatan Titeue
Kabupaten Pidie Tahun 2015
No
|
Nama
|
Umur
|
Jawaban
Responden
|
Kriteria
|
Hasil
Pemeriksaan Stain
|
|||||||||||
Pengetahuan
perokok
|
Skor
nilai
|
Ada
|
Tidak
ada
|
|||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
|||||||
1
|
Ismail
|
26 Tahun
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
70
|
Baik
|
√
|
|
2
|
M. fadil
|
19 Tahun
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
80
|
Baik
|
√
|
|
3
|
Zulfahmi
|
25 Tahun
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
40
|
Kurang baik
|
√
|
|
4
|
Khalil
|
27 Tahun
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
60
|
Baik
|
√
|
|
5
|
Usman
|
24 Tahun
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
30
|
Kurang baik
|
√
|
|
6
|
Amrizal
|
26 Tahun
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
40
|
Kurang baik
|
√
|
|
7
|
M. Rizal
|
28 Tahun
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
90
|
Baik
|
√
|
|
8
|
Abu Bakar
|
45 Tahun
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
50
|
Baik
|
√
|
|
9
|
M. Gade
|
55 Tahun
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
30
|
Kurang Baik
|
√
|
|
10
|
Mirzan
|
23 Tahun
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
80
|
Baik
|
√
|
|
11
|
Fakhul jamal
|
21 Tahun
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
60
|
Baik
|
√
|
|
12
|
Faisal
|
23 Tahun
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
60
|
Baik
|
√
|
|
13
|
Razali
|
28 Tahun
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
80
|
Baik
|
√
|
|
14
|
Sofian Daut
|
35 Tahun
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
70
|
Baik
|
√
|
|
15
|
Syamaun
|
40 Tahun
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
50
|
Baik
|
√
|
|
16
|
M.Ramadhan
|
23 Tahun
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
90
|
Baik
|
√
|
|
17
|
Abdullah
|
45 Tahun
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
20
|
Kurang baik
|
√
|
|
18
|
M. Gade
|
29 tahun
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
80
|
Baik
|
√
|
|
19
|
M. Yusuf
|
40 Tahun
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
50
|
Baik
|
√
|
|
20
|
A Lamsyah
|
35 Tahun
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
1
|
60
|
Baik
|
√
|
|
21
|
BantaGadeng
|
55 Tahun
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
30
|
Kurang baik
|
√
|
|
22
|
Nasrullah
|
27 Tahun
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
60
|
Baik
|
√
|
|
23
|
Arjuna
|
24 Tahun
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
50
|
Baik
|
√
|
|
24
|
Zamzami
|
25 Tahun
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
50
|
Baik
|
√
|
|
25
|
Syamsudin
|
58 Tahun
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
30
|
Kurang baik
|
√
|
|
26
|
M. Amin
|
52 Tahun
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
40
|
Kurang Baik
|
√
|
|
27
|
Abdul wahab
|
48 Tahun
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
50
|
Baik
|
√
|
|
28
|
Muktaruddin
|
37 Tahun
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
70
|
Baik
|
√
|
|
29
|
Ismail
|
22 Tahun
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
80
|
Baik
|
√
|
|
30
|
Ramli
|
59 Tahun
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
40
|
Kurang baik
|
√
|