Monday 21 January 2019

TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PERAWATAN ORTODONTI DENGAN MOTIVASI UNTUK PERAWATAN ORTODONTI DI KLINIK MANDIRI

h

NASKAH PUBLIKASI

TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PERAWATAN ORTODONTI DENGAN MOTIVASI UNTUK PERAWATAN ORTODONTI DI KLINIK MANDIRI





Disusun Oleh :
ARIEF MUNANDAR
NIM : P07125216077



PRODI D-IV KEPERAWATAN GIGI
JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
YOGYAKARTA
2018







TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PERAWATAN ORTODONTI DENGAN MOTIVASI UNTUK PERAWATAN
ORTODONTI DI KLINIK MANDIRI


Arief Munandar1, Siti Sulastri2, Etty Yuniarly3
1)ariefmnndr558@gmail.com, Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Jl. Tatabumi No.3 Banyuraden, Gamping, Sleman
2,3) Dosen Jurusan keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

ABSTRAK
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya, pengetahuan sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap obyek. Ortodonti adalah ilmu dalam bidang kedokteran gigi untuk membetulkan letak gigi yang tidak normal menjadi ideal. Perawatan ortodonti bertujuan memperbaiki susunan gigi menjadi rapi dan memperbaiki hubungan gigitan antara rahang atas dan rahang bawah. Prevalensi kelainan susunan gigi dan pengatupan rahang di Indonesia mencapai 80%. Kelainan ini menjadi masalah terbesar ketiga setelah gigi berlubang dan penyakit gusi.
Tujuan penelitian mengetahui hubungan tingkat pengetahuan pasien tentang perawatan ortodonti dengan motivasi untuk perawaran ortodonti di Klinik Mandiri. Penelitian ini adalah survey analitik dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2017. Populasi studi penelitian ini adalah semua pasien lama yang datang di Klinik Mandiri dengan kasus perawatan ortodonti. Sampel dalam penelitian ini pasien lama umur 15-40 tahun. Analisi data menggunakan uji korelasi spearman rank. Hasil Penelitian: Tingkat pengetahuan pasien tentang perawatan ortodonti paling banyak termasuk kedalam kategori baik dengan jumlah 26 responden (87%), motivasi untuk perawatan ortodonti paling banyak termasuk dalam kategori tinggi dengan jumlah 19 responden (63%), terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan pasien tentang perawatan ortodonti dengan motivasi untuk perawatan ortodonti di Klinik Mandiri.       

Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Perawatan Ortodonti, Motivasi


LEVEL OF PATIENTS’ KNOWLEDGE OF ORTODONTIC TREATMENT WITH MOTIVATION FOR ORTODONTIC TREATMENTIN PRIVATE CLINICS

Arief Munandar1, Siti Sulastri2, Etty Yuniarly3
1)ariefmnndr558@gmail.com, Department of Dental Nursing Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Jl. Tatabumi No.3 Banyuraden, Gamping, Sleman
2,3) Lecturer Department of Dental Nursing Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


ABSTRACT

 Knowledge is the result of human sensing of the object through the senses. Knowledge is highly influenced by the intensity of attention and perception of the object. Orthodontics is a science in the field of dentistry to correct the location of an abnormal tooth to become ideal. Orthodontic treatment aims to improve the arrangement of teeth to be neat and improve the biting connection between the maxillary teeth and the mandibular. The prevalence of dental abnormalities and jaw clenching in Indonesia reaches 80%. This disorder becomes the third biggest problem after cavities and gum disease. Objective, to determine the correlation between patients knowledge level about orthodontic treatment with motivation for orthodontic treatment at Private Clinics. Research Method, this research is an analytic survey with cross sectional design. The study was conducted from September to October 2017. The study population of this study was all the old patients who came at the Private Clinic with orthodontic treatment cases. The sample in this study was patients aged 15-40. Data analysis used spearman rank correlation test. Results, the level of patients’ knowledge about orthodontic treatment was mostly included in good category with the total of 26 respondents (87%), the motivation for orthodontic treatment was mostly in the high category with 19 respondents (63%), there was a significant relationship between the patients’ knowledge level about orthodontic treatment with motivation for orthodontic treatment at the Private Clinic, there is a correlation between the level of patient knowledge about orthodontic treatment with motivation for orthodontic treatment in the Private Clinic.


PENDAHULUAN
            Berdasarkan undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan menjelaskan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut dilakukan untuk pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk peningkatan kesehatan gigi dan pemulihan kesehatan gigi oleh pemerintah, pemerintah daerah atau masyarakat yang dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan. Kesehatan gigi dan mulut dilaksanakan melalui pelayanan kesehatan gigi perseorangan mandiri, pelayanan kesehatan gigi masyarakat.1
            Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya) dengan sendirinya pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut, pengetahuan  sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga) dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap obyek mempunyai intensitas atau tingkatan yang berbeda-beda.2

            Perawatan ortodonti didefinisikan sebagai penciptaan hubungan-hubungan oklusal yang sebaik mungkin dalam estetika wajah yang dapat diterima dan distabilitas dari hasil akhir. Tujuan utama perawatan ortodonti adalah mendapatkan penampilan dentofasial yang menyenangkan secara estetika dengan fungsi yang baik dengan gigi dalam posisi stabil. Pertentangan kepentingan timbul jika suatu perbaikan susunan gigi hanya dapat dicapai dengan menggerakkan gigi-gigi ke posisi stabil. Analisa resiko/keuntungan dan rencana perawatan harus dirumuskan sehingga sesuai dengan persyaratan  dari pihak pasien maupun operator.3
            Prevalensi (angka kejadian) kelainan susunan gigi dan pengatupan rahang  di Indonesia konon mencapai 80%. Kelainan ini menjadi masalah terbesar ketiga setelah gigi berlubang dan penyakit gusi. Jika gigi-gigi terlalu berjenjang, maju mundur, gingsul, atau sebaliknya terlalu jarang, kawat gigi diperlukan untuk meluruskannya, pada kondisi rahang bawah normal, rahang atas maju atau sebaliknya, rahang bawah terlalu maju, rahang atas normal. Jika tidak cepat ditangani, kelainan-kelainan itu akan membuat cara menyikat gigi kurang bisa maksimal. Akibatnya gigi jadi mudah berlubang, tumbuh banyak karang gigi, gusi bisa mudah berdarah dan memunculkan bau mulut tidak sedap. Pada tahap lebih parah bahkan dapat menimbulkan gangguan sakit kepala dan leher.4
            Ada berbagai manfaat dengan pemasangan ortodonti diantaranya dapat menambah rasa percaya diri  dan meningkatkan motivasi untuk pemakaian ortodonti. Motivasi berasal dari kata latin moreve yang berarti dorongan dari dalam diri manusia untuk bertindak atau berperilaku. Pengertian motivasi tidak lepas dari kata kebutuhan yang berarti suatu potensi dalam diri manusia yang perlu ditanggapi atau direspon, apabila tidak direspon maka akan selalu berpotensi muncul kembali sampai terpenuhi kebutuhan yang dimaksud. Motivasi adalah suatu perangsang keinginan (wants) dan daya penggerak kemauan yang akhirnya seseorang bertindak atau berperilaku yang mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai.5
            Klinik mandiri drg. Krisbudi Hudiyoko, Sp.Ort merupakan klinik gigi spesialis Ortodonti yang terletak di Jl. W. Monginsidi 22 Yogyakarta, diketahui rata-rata kunjungan pasien lama pada kasus perawatan ortodonti sebanyak 7 pasien perhari. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan mei 2017 dengan cara wawancara serta memberikan kuesioner pengetahuan tentang perawatan ortodonti dan kuesioner motivasi tentang perawatan ortodonti pada 10  pasien lama yang berkunjung pada klinik mandiri didapatkan bahwa 7 pasien (70%) memiliki tingkat pengetahuan tinggi dengan motivasi sedang, 3 pasien (30%) memiliki tingkat pengetahuan cukup dengan motivasi tinggi  tentang perawatan ortodonti.

METODE PENELITIAN
            Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian survey analitik dengan menganalisa suatu  keadaan dengan cara pendekatan. Pengumpulan data menggunakan rancangan cross sectional.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien lama yang berkunjung dengan kasus perawatan ortodonti di klinik mandiri drg. Krisbudi Hudiyoko, Sp.Ort klinik gigi spesialis ortodonti Yogyakarta. Pengambilan sampel dengan menggunakan non Probability sampling dengan teknik Quota sampling.            
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 pasien lama yang berkunjung dengan kasus perawatan ortodonti dengan kriteria: pasien lama yang melakukan perawatan ortodonti umur 15 – 40 tahun, bersedia menjadi responden pada kasus perawatan ortodonti. Waktu penelitian dilakukan pada bulan  September – Oktober 2017. Tempat penelitian dilakukan di klinik mandiri drg. Krisbudi Hudiyoko, Sp.Ort. klinik gigi spesialis ortodonti Yogyakarta.
     Variabel dalam penelitian ini adalah : Variabel Independen yaitu Tingkat pengetahuan pasien tentang perawatan ortodonti. Data diukur menggunakan kuesioner yang berisi 10 pernyataan. Mengukur tingkat pengetahuan pasien tentang perawatan ortodonti dengan pilihan jawaban “benar” atau “salah” . Jawaban “benar” diberi nilai 1 dan jawaban “salah” diberi nilai 0 dengan kategori penilaian yaitu : Baik : bila subyek mampu menjawab dengan benar (8-10) dari keseluruhan pernyataan, Cukup : bila subyek mampu menjawab dengan benar (5-7) dari keseluruhan pernyataan, kurang : bila subyek mampu menjawab dengan benar (1-4) dari keseluruhan pernyataan, pengukuran pengetahuan menggunakan skala ordinal.         
       Variabel dependen yaitu Motivasi untuk perawatan ortodonti. Skala yang digunakan untuk mengukur motivasi adalah skala likert (method of summateds ratings) berbentuk checklist dan memuat pernyataan postif dan negatif. Penyataan berjumlah 10 dengan 6 pernyataan positif favorable dan 4 pernyataan negatif unfavorable dijawab dengan 4 pilihan interprestasi pilihan sebagai berikut : (1) Penyataan positif, sangat setuju (SS) nilai 4, setuju (S) nilai 3, tidak setuju (TS) nilai 2 sangat tidak setuju (STS) nilai 1. (2) Penyataan negatif, sangat setuju (SS) nilai 1, setuju (S) nilai 2, tidak setuju (TS) nilai 3, sangat tidak setuju (STS) nilai 4. Jawaban tertinggi responden adalah nilai 4 dan jawaban terendah adalah nilai 1. Nilai yang diperoleh dibuat kategori dengan menentukan nilai tertinggi dan nilai terendah, dari 10 pernyataan yang ada diperoleh skor tertinggi (10x4)=40 dan skor terendah (10x1)=20. Pengukuran motivasi menggunakan kriteria sebagai berikut : Motivasi tinggi, bila hasil jawaban responden benar (31-40), motivasi sedang, bila hasil jawaban responden benar (21-30), motivasi rendah, bila hasil jawaban responden benar ( ≤20). Pengukuran motivasi menggunakan skala ordinal.

       Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer. Data primer diperoleh langsung dari sumber datanya. Teknik yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer yaitu menggunakan kuesioner. Alat Ukur/ Instrumen  Penelitian yaitu alat tulis (Pulpen) dan kuesioner. Pengelohan data dengan Editing yaitu data atau keterangan yang telah dikumpulkan dalam buku catatan (record book), koding adalah memberikan kode pada data dalam bentuk angka dan huruf untuk memudahkan pengelolahan, tabulating adalah data yang diperoleh dikelompokkan dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan entry yaitu menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS 16 for windows.               
     Analisa data dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16 for windows. Data yang diperoleh dari hasil kuesioner diuji korelasi spearman rank digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Jika nilai asymp.sig (p) < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada hubungan antara variabel independen dan dependen. 

HASIL PENELITIAN
       Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan pasien tentang perawatan ortodonti dengan motivasi untuk perawatan ortodonti di Klinik Mandiri. Penelitian dilakukan pada bulan September - Oktober 2017. Penelitian ini dilakukan dengan wawancara dengan mengambil hasil kuesioner penelitian tingkat pengetahuan pasien tentang perawatan ortodonti dan hasil kuesioner motivasi untuk perawatan ortodonti di Klinik Mandiri.
Adapun data hasil penelitian sebagai berikut :
Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan Jenis kelamin
Jenis Kelamin
Jumlah (n)
Persentase(%)
Laki-laki
12
40
Perempuan
28
60
Jumlah
30
100
.



Berdasarkan tabel 1. Menunjukan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 28 responden (60%), sedangkan responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 12 responden (40%).
 Tabel 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan Umur.
Umur / tahun
Jumlah (n)
Persentase(%)
15-20
22
73
21-40
8
27
Jumlah
30
100







Berdasarkan tabel 2 . Menunjukan bahwa sebagian besar responden umur  15-20 tahun sebanyak 22 responden (73%), sedangkan responden umur 21-40 tahun sebanyak 8 responden (27%).

Tabel 3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pengetahuan pasien tentang perawatan ortodonti.

Tingkat Pengetahuan perawatan Ortodonti
Jumlah (n)
Persentase (%)
Baik
26
87
Cukup
4
13
Kurang
0
0
Jumlah
30
100

Berdasarkan tabel 3. Menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan tentang perawatan ortodonti dengan kriteria baik sebanyak 26 responden (87%), kriteria cukup sebanyak 4 responden (13%).

Tabel 4. Distribusi frekuensi responden berdasarkan motivasi untuk perawatan ortodonti.
Motivasi Untuk
Perawatan Ortodonti
Jumlah (n)
Persentase (%)
Tinggi
19
63
Sedang
11
37
Rendah
0
0
Jumlah
30
100
Berdasarkan tabel 4. Menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki motivasi untuk perawatan ortodonti dengan kriteria tinggi sebanyak 19 responden (63%) dan kriteria sedang sebanyak 11 responden (37%).
Tabel 5. Hasil tabulasi silang antara pengetahuan dengan jenis kelamin.


 Jenis Kelamin
Tingkat Pengetahuan
Total
Baik
Cukup
Kurang
JML
%
JML
%
JML
%
JML
%
Laki-laki
12
40
0
0
0
0
12
40
Perempuan
14
46,7
4
13,3
0
0
18
60
Jumlah
26
86,7
4
13,3
0
0
30
100








Berdasarkan tabel 5. Menunjukan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki dengan tingkat pengetahuan kategori baik sebanyak 12 responden (40%), jenis kelamin perempuan dengan tingkat pengetahuan kategori baik sebanyak 14 responden (46,7%) dan jenis kelamin perempuan dengan tingkat pengetahuan cukup sebanyak 4 responden (13,3%).
Tabel 6. Hasil tabulasi silang antara pengetahuan dengan  umur / tahun.

Umur / tahun
Tingkat Pengetahuan
Total
Baik
Cukup
Kurang
JML
%
JML
%
JML
%
JML
%
15-20
19
63,3
3
10
0
0
22
73,3
21-40
7
23,3
1
3,3
0
0
8
26,7
Jumlah
26
86,7
4
13,3
0
0
30
100








Berdasarkan tabel 6. Menunjukan bahwa sebagian besar responden umur 15-20 tahun dengan tingkat pengetahuan kategori baik sebanyak 19 responden (63,3%), kategori cukup sebanyak 3 responden (10%), sedangkan responden 21-40 tahun dengan tingkat pengetahuan kategori baik sebanyak 7 responden (23,3), kategori cukup sebanyak 1 responden (3,3).

Tabel 7. Hasil tabulasi silang antara motivasi untuk perawatan ortodonti  dengan Jenis Kelamin.
Jenis Kelamin
Motivasi Untuk Perawatan Ortodonti
Total
Tinggi
Sedang
Rendah
JML
%
JML
%
JML
%
JML
%
Laki-laki
9
30
3
10
0
0
12
40
Perempuan
10
33,3
8
26,7
0
0
18
60
Jumlah
19
63,3
11
36,7
0
0
30
100








Berdasarkan tabel 7. Menunjukan bahwa sebagian besar responden jenis kelamin laki-laki dengan motivasi untuk perawatan ortodonti kriteria baik sebanyak 9 responden (30%), kategori sedang sebanyak 3 responden (10%) sedangkan jenis kelamin perempuan dengan motivasi untuk perawatan ortodonti dengan kategori tinggi sebanyak 10 responden (33,3), kategori sedang sebanyak 8 responden (26,7).
Tabel 8. Hasil tabulasi silang antara motivasi untuk perawatan ortodonti  dengan umur / tahun.
Umur / tahun
Motivasi Untuk Perawatan Ortodonti
Total
Tinggi
Sedang
Rendah
JML
%
JML
%
JML
%
JML
%
15-20
13
43,3
9
30
0
0
22
73,3
21-40
6
20
2
6,7
0
0
8
26,7
Jumlah
19
63,3
11
36,7
0
0
30
100








Berdasarkan tabel 8. Menunjukan bahwa sebagian besar responden umur 15-20 tahun dengan motivasi untuk perawatan ortodonti kategori tinggi sebanyak 13 responden ( 43,3), kategori sedang 9 responden (30%) dan sedangkan umur 21-40 tahun dengan motivasi untuk perawatan ortodonti dengan kategori tinggi sebanyak 6 (20%), kategori sedang sebanyak 2 responden (6,7%)
Tabel 9. Hasil tabulasi silang antara tingkat pengetahuan pasien tentang
                  perawatan ortodonti dengan motivasi untuk perawatan ortodonti.
Tingkat Pengetahuan
Motivasi Untuk Perawatan Ortodonti
Total
Tinggi
Sedang
Rendah
JML
%
JML
%
JML
%
JML
%
Baik
19
63,3
7
23,3
0
0
26
86,6
Cukup
0
0
4
13,3
0
0
4
13,3
Kurang
0
0
0
0
0
0
0
0
Jumlah
19
63,3
11
36,6
0
0
30
100






Berdasarkan tabel 9. Menunjukan bahwa sebagian besar responden tingkat pengetahuan kategori baik yang memiliki motivasi dengan kategori tinggi yaitu sebanyak 19 responden (63,3%), tingkat pengetahuan pasien kategori baik memiliki motivasi sedang sebanyak 7 responden (23,3%), tingkat pengetahuan kategori cukup memiliki motivasi dengan kategori sedang sebanyak 4 responden (13,3%).
Hasil Uji Statistik
      Berdasarkan analisis spearman rank menunjukan bahwa koefisien korelasi nilainya sebesar 0,515 lebih besar dari rho Tabel yaitu dengan nilai 0,364 pada taraf signifikan 5% dan nilai asym.sig (p) =0,004 (p< 0,05). Maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan tingkat pengetahuan pasien tentang perawatan ortodonti dengan motivasi untuk perawatan ortodonti di Klinik Mandiri.
  
PEMBAHASAN
       Berdasarkan hasil dari Tabel 1. Menunjukan bahwa responden penelitian tingkat pengetahuan pasien tentang perawatan ortodonti dengan motivasi untuk perawatan ortodonti berjenis kelamin perempuan sebanyak 28 responden (60%) lebih banyak dibandingkan dengan jumlah responden laki-laki sebanyak 8 responden (40%). Kondisi ini menunjukan bahwa pada kelompok perempuan cenderung lebih peka, cepat merespon keadaan yang dianggapnya membahayakan kesehatan dan perempuan lebih percaya diri melakukan perawatan ortodonti sehingga lebih mengutamakan penampilan  dan keindahan dibandingkan laki-laki. Laki-laki pada umumnya merasa minder melakukan perawatan ortodonti, laki-laki memiliki banyak kesibukan sehingga baru akan berobat ketika merasa sakit.
       Perawatan ortodonti lebih banyak dilakukan oleh perempuan dibandingkan dengan laki-laki oleh karena kecenderungan perempuan yang lebih mengutamakan estetika sehingga sangat memperhatikan kesehatan dan keteraturan giginya.6 Perbedaan kepribadian antara laki-laki dan perempuan akan menyebabkan perbedaan sikap dan tindakannya dalam kehidupan termasuk dalam mengambil keputusan.7
       Pasien perempuan jumlahnya lebih banyak dibandingkan pasien laki-laki, pada umumnya perempuan sangat memperhatikan penampilannya,  perempuan pada umumnya lebih tidak puas terhadap penampilan giginya dari pada laki-laki. Oleh karena itu perempuan memiliki motivasi lebih baik dari pada laki-laki. Tindakan dan sikap seseorang dipengaruhi oleh karakter dan kepribadiannya. Laki-laki dan perempuan memiliki kepribadian yang berbeda. Perempuan lebih mementingkan penampilan fisik dan tampil menarik dibandingkan laki-laki yang bersifat tidak peduli pandangan orang lain.8
       Berdasarkan hasil dari Tabel 2. Menunjukan bahwa tingkat pengetahuan pasien tentang perawatan ortodonti dengan motivasi untuk perawatan ortodonti pada kelompok usia 15-20 tahun sebanyak 22 responden (73%) dibandingkan dengan kelompok usia 21-40 tahun sebanyak 8 responden (27%). Kondisi ini  menunjukan pada umur 15-20 tahun seseorang akan lebih cepat perubahannya dilakukan perawatan ortodonti karena pada masa ini erupsi gigi sudah sepenuhnya dan pasien sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan, sehingga pergesaran gigi mudah dilakukan, sedangkan pada umur 21-40 tahun perubahannya lebih lama ketika dilakukan perawatan ortodonti karena pasien tidak lagi pada masa pertumbuhannya dan perkembangan.
       Perawatan ortodonti yang dilakukan pada usia pertumbuhan, hasilnya akan lebih baik dan relatif lebih cepat karena pertumbuhan rahang dan rongga mulut yang terjadi pada usia ini, bisa juga dimanfaatkan untuk memperbaiki dan mencegah kondisi maloklusi. Perawatan ini juga bisa dilakukan oleh orang dewasa, namun pada orang dewasa biasanya semakin tua usianya maka perawatan bisa berjalan lebih lama dan dengan perbaikan yang lebih terbatas karena pertumbuhan rongga mulut sudah tidak berlangsung lagi .9 Siswa SMA memiliki motivasi tinggi untuk melakukan perawatan ortodonti.10 Proses pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh keadaan hormon pertumbuhan, fisik, psikis dan lingkungan. Keadaan ini menyebabkan adanya perbedaan interaksi pada remaja.11
       Berdasarkan Tabel 3 dan 4. Menunjukan bahwa tingkat pengetahuan pasien tentang perawatan ortodonti paling banyak kriteria baik berjumlah 26 responden (87%) dan motivasi untuk perawatan ortodonti paling banyak dengan kriteria tinggi sebanyak 19 responden (63%). Kondisi ini menunjukan bahwa responden sudah mengetahui tentang perawatan ortodonti dan sudah mempunyai keinginan untuk melakukan perawatan ortodonti. Pengetahuan responden diperoleh secara alami dengan pengalaman pribadi dan pengalaman orang lain. Pengetahuan tentang kesehatan gigi khususnya perawatan ortodonti diperoleh melalui pendidikan yang terencana dan terarah akan mempercepat perubahan perilaku. Motivasi dapat diperoleh dari diri sendiri, keluarga, teman, petugas kesehatan dan lingkungan sekitarnya.
       Tingkat pengetahuan remaja mempengaruhi terhadap tindakan untuk melakukan perawatan ortodonti.12 Motivasi terjadi apabila seseorang mempunyai keinginan dan kemauan untuk melakukan kegiatan atau tindakan dalam rangka mencapai tujuan tertentu, sehingga pengetahuan yang tinggi akan semakin besar kemungkinan untuk termotivasi pada suatu program pengobatan.13
       Tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh motivasi, karena pengetahuan yang baik akan menentukan motivasi yang tinggi karena pengetahuan dan motivasi yang tinggi akan semakin menguatkan seseorang untuk melakukan suatu aktifitas yang diinginkan.14
       Berdasarkan Tabel 9. Menunjukan hasil tabulasi silang antara tingkat pengetahuan pasien tentang perawatan ortodonti dengan motivasi untuk perawatan ortodonti bahwa sebagian besar responden tingkat pengetahuan kategori baik memiliki motivasi dengan kotegori tinggi sebanyak 19 responden (63,3%). Kondisi ini dapat terjadi karena sebagian besar responden sudah mengerti dan memahami tentang perawatan ortodonti. Informasi mengenai perawatan ortodonti diperoleh dari dokter gigi spesialis ortodonti, lingkungan sekitar, pengalaman serta umur responden. Sumber informasi yang banyak akan memperluas dan menambah pengetahuan yang dimiliki responden dan pengetahuan ini akan menyadarkan orang tersebut untuk berperilaku baik.
       Semakin baik pengetahuan seseorang maka dapat menimbulkan motivasi yang baik dan motivasi yang baik akan menimbulkan prilaku yang baik. Memotivasi diri atau dorongan dari orang lain membuat seseorang dapat lebih obyektif mendengarkan masukan, saran, bahkan sugesti tertentu, yang kemudian diterima dan disesuaikan dengan pengalaman pribadi masing-masing untuk menentukan suatu pilihan tertentu. Pengetahuan merupakan informasi nyata yang memberi keterangan tentang suatu hal sehingga membuat seseorang paham dan mengambil tindakan dari sebuah informasi. Pengetahuan yang baik terhadap siuatu obyek akan timbul keinginan atau dorongan yang baik terhadap suatu obyek, sehingga diharapkan tumbuh sikap positif yang akan meningkatkan motivasi seseorang.15
       Motivasi secara umum mengacu pada  adanya kekuatan dorongan yang menggerakkan kta untuk berperilaku tertentu, oleh karena itu motivasi akan berhubungan dengan hasrat, keinginan, dorongan dan tujuan, dalam konsep motivasi kita juga akan mempelajari sekelompok fenomena yang mempengaruhi sifat, kekuatan dan ketetapan dari tingkah laku.2
       Berdasarkan hasil uji statistik yang telah dilakukan di dapatkan bahwa variabel tingkat pengetahuan pasien tentang perawatan ortodonti memiliki hubungan yang signifikan dengan motivasi untuk perawatan ortodonti dengan nilai signifikan yang didapat asymp.sig (p) = 0,004 (P < 0,05), sedangkan nilai korelasi sebesar 0,515 yang lebih besar dari rho tabel yaitu 0,346. Pengetahuan dan motivasi yang tinggi akan semakin menguatkan seseorang untuk melakukan suatu aktifitas yang diinginkan, sehingga tingginya dua hal ini dapat meningkatkan seseorang untuk bertindak.16
       Tingkat pengetahuan yang baik akan berdampak pada motivasi seseorang, sehingga pengetahuan yang baik akan merespon seseorang untuk motivasi baik tentang penggunaan perawatan ortodonti.17 Pengetahuan seseorang sangat menentukan seseorang  termotivasi untuk melakukan tindakan perawatan ortodonti yang dilakukan pada siswa X SMA.10
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan :
1.      Tingkat pengetahuan pasien tentang perawatan ortodonti paling banyak termasuk kedalam kategori baik dengan jumlah 26 responden (87%).
2.      Motivasi untuk perawatan ortodonti paling banyak termasuk dalam kategori tinggi dengan jumlah 19 responden (63%).
3    Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan pasien tentang perawatan ortodonti dengan motivasi untuk perawatan ortodonti di Klinik Mandiri.
SARAN
1. Bagi Masyarakat
Diharapkan bagi masyarakat agar lebih aktif dalam mencari informasi tentang kesehatan gigi dan mulut khususnya mengenai perawatan ortodonti.
2.  Bagi Penelitian Lain
Penelitian dibidang ini diharapkan dapat berkembang dengan cakupan yang lebih luas dan aspek yang lebih lengkap dengan variabel yang berbeda. 
3. Bagi Tenaga Kesehatan Terapis Gigi Dan Mulut
    Diharapkan bagi tenaga kesehatan terapis gigi dan mulut sebaiknya lebih banyak memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai kesehatan gigi dan mulut terutama tentang perawatan ortodonti melalui promosi kesehatan dengan didampingi drg.spesialis ortodonti seperti penyuluhan, pembagian leafleat kepada masyarakat, penjelasan erupsi gigi guna pencegahan maloklusi dan media promosi lainnya.
UCAPAN TERIMA KASIH
1. Joko Susilo, SKM, M.Kes Selaku Direktur Politeknik Kesehatan Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun skripsi.
2.   Siti Sulastri, S.Pd., S.SiT., M.Kes Selaku Ketua Jurusan Keperawatan Gigi sekaligus sebagai pembimbing pertama.
3.      Taadi, S.pd., S.SiT., M.Kes Selaku Ketua Prodi D IV Keperawatan Gigi.
4.      Etty Yuniarly, SST.,MPH Selaku pembimbing pendamping.
5.      Pimpinan Klinik Mandiri Yogyakarta drg. Krisbudi Hudiyoko, Sp. Ort.
6.    Drs. Marduki dan Sukma Diana selaku orang tua yang telah memberikan bantuan moral dan material serta dukungan semangat kepada penulis sehingga skripsi dapat terselesaikan.

DAFTAR PUSTAKA
                   1.      Departemen Kesehatan RI (2009). Undang-Undang RI. Kesehatan.No.36 Tahun 2009 : pasal 3- 93 : Jakarta.
2.      Notoatmodjo, S(2010). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Jakarta : PT Rineka cipta P : 27-147.
3.      William, Cook, Isaacson, & Thom. (2002). Alat-Alat Ortodonti Cekat Prinsip Dan Praktik, Jakarta : EGC P : 2-4.
4.      Kusumawardani, E. (2011). Buruknya Kesehatan Gigi dan Mulut, Yogyakarta : SIKLUS P : 66-71.
5.      Notoatmodjo, S .(2014). Ilmu Perilaku Kesehatan, Jakarta : PT Rineka cipta P: 27-147.
6.      Oktaviani, V dan Santoso, O. (2016). Pebedaan Indeks Higiene Oral dan PH Plak Kelompok Pemakaian dan Bukan Pemakaian Pesawat Ortodonti Cekat, Jurnal Kedokteran Diponegoro. Vol. 5 Nomor 1, Januari 2016.
7.      Poha, W. (2012) Gambaran Pencabutan Gigi Molar Satu Mandibular Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Balai Pengobatan Rumah Sakit Gigi dan Mulut. Skripsi Program Studi FKG Universitas Sam Ratulangi Manado.
8.      Hasrini. (2012). Jenis Kelamin dengan Motivasi Pasien Pemakai alat Orthodontic Cekat di Klinik Mallilah Makasar, Skripsi Poltekkes Yogyakarta.
9.      Rahmadhan, A.G. (2010). Serba-serbi Kesehatan Gigi dan Mulut, Jakarta Selatan : Bukune P: 154-175.  
10.  Triyanto, B.N. (2013). Maloklusi Dengan Motivasi Perawatan Ortodonsi Pada Siswa Kelas X SMA N 1 Tahun 2013. Skripsi Poltekkes Yogyakarta.
11.  Sudarso, L.S.R. (2008). Solusi Penetapan Waktu Dan Manegemen Ortodontik Pada Anak Masa Tumbuh Kembang. Dentika Dental Jurnal Edisi 13.
12.  Fauziah, A. (2015). Tingkat Pengetahuan Perawatan Ortodonti Cekat Pada Remaja Yang Menggunakan  Ortodonti Cekat Di Banda Aceh (Studi 5 SMA Unggulan). Skripsi  FKG : Unsyiah.         
13.  Hamzah.(2015)Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta : Bumi Aksara.
14.  Haniyati, M. (2017). Tingkat Pengetahuan Tentang Perawatan Saluran Akar Dengan Motivasi Perawatan Saluran Akar Pada Gigi Necrosis Pulpa Di Klinik Dentes Yogyakarta, Skripsi Poltekkes Yogyakarta P : 17.
15.  Nugroho, H, Nurdiana. (2008). Hubungan Antara Pengetahuan Dan Motivasi Kader Posyandu Dengan Keaktifan Kader Posyandu Di Desa Dukuh Tengah Kecamatan Ketanggungan Kabupaten Brebes. Jurnal. Vol 2 No. 1 hal 1-8.
16.  Handayani, S.2008. Hubungan pengetahuan, sikap, minat dan motivasi dengan prestasi belajar mata kuliah kdm pada mahasiswa semester 1 akper giri satria husada wonogiri. Tesis. Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret.           
17.  Natassa, J. (2016). Gambaran Pengetahuan, Sikap Dan Motivasi Pasien Pada pemakaian Retainer Pasca Fixed Orthodonti, Tesis Korespondensi Stikes Hangtuah Pekanbaru Di Perfect Smile Pekanbaru.