h
Arief Munandar1, Siti Sulastri2, Etty Yuniarly3
Arief Munandar1, Siti Sulastri2, Etty Yuniarly3
ABSTRACT
Knowledge is the result of human sensing of the object through the senses. Knowledge is highly influenced by the intensity of attention and perception of the object. Orthodontics is a science in the field of dentistry to correct the location of an abnormal tooth to become ideal. Orthodontic treatment aims to improve the arrangement of teeth to be neat and improve the biting connection between the maxillary teeth and the mandibular. The prevalence of dental abnormalities and jaw clenching in Indonesia reaches 80%. This disorder becomes the third biggest problem after cavities and gum disease. Objective, to determine the correlation between patients knowledge level about orthodontic treatment with motivation for orthodontic treatment at Private Clinics. Research Method, this research is an analytic survey with cross sectional design. The study was conducted from September to October 2017. The study population of this study was all the old patients who came at the Private Clinic with orthodontic treatment cases. The sample in this study was patients aged 15-40. Data analysis used spearman rank correlation test. Results, the level of patients’ knowledge about orthodontic treatment was mostly included in good category with the total of 26 respondents (87%), the motivation for orthodontic treatment was mostly in the high category with 19 respondents (63%), there was a significant relationship between the patients’ knowledge level about orthodontic treatment with motivation for orthodontic treatment at the Private Clinic, there is a correlation between the level of patient knowledge about orthodontic treatment with motivation for orthodontic treatment in the Private Clinic.
PENDAHULUAN
Perawatan ortodonti didefinisikan
sebagai penciptaan hubungan-hubungan oklusal yang sebaik mungkin dalam estetika
wajah yang dapat diterima dan distabilitas dari hasil akhir. Tujuan utama
perawatan ortodonti adalah mendapatkan penampilan dentofasial yang menyenangkan
secara estetika dengan fungsi yang baik dengan gigi dalam posisi stabil.
Pertentangan kepentingan timbul jika suatu perbaikan susunan gigi hanya dapat
dicapai dengan menggerakkan gigi-gigi ke posisi stabil. Analisa
resiko/keuntungan dan rencana perawatan harus dirumuskan sehingga sesuai dengan
persyaratan dari pihak pasien maupun
operator.3
.
NASKAH
PUBLIKASI
TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PERAWATAN ORTODONTI
DENGAN MOTIVASI UNTUK PERAWATAN ORTODONTI DI KLINIK MANDIRI
Disusun
Oleh :
ARIEF
MUNANDAR
NIM : P07125216077
NIM : P07125216077
PRODI D-IV KEPERAWATAN GIGI
JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
YOGYAKARTA
2018
JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
YOGYAKARTA
2018
TINGKAT
PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PERAWATAN ORTODONTI DENGAN MOTIVASI UNTUK PERAWATAN
ORTODONTI DI KLINIK MANDIRI
ORTODONTI DI KLINIK MANDIRI
Arief Munandar1, Siti Sulastri2, Etty Yuniarly3
1)ariefmnndr558@gmail.com, Jurusan Keperawatan
Gigi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Jl. Tatabumi No.3 Banyuraden, Gamping,
Sleman
2,3) Dosen Jurusan keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
2,3) Dosen Jurusan keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
ABSTRAK
Pengetahuan
adalah hasil penginderaan manusia terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya,
pengetahuan sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap
obyek. Ortodonti adalah ilmu dalam bidang kedokteran gigi untuk membetulkan
letak gigi yang tidak normal menjadi ideal. Perawatan ortodonti bertujuan
memperbaiki susunan gigi menjadi rapi dan memperbaiki hubungan gigitan antara
rahang atas dan rahang bawah. Prevalensi kelainan susunan gigi dan pengatupan
rahang di Indonesia mencapai 80%. Kelainan ini menjadi masalah terbesar ketiga
setelah gigi berlubang dan penyakit gusi.
Tujuan penelitian mengetahui hubungan tingkat pengetahuan pasien tentang perawatan ortodonti dengan motivasi untuk perawaran ortodonti di Klinik Mandiri. Penelitian ini adalah survey analitik dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2017. Populasi studi penelitian ini adalah semua pasien lama yang datang di Klinik Mandiri dengan kasus perawatan ortodonti. Sampel dalam penelitian ini pasien lama umur 15-40 tahun. Analisi data menggunakan uji korelasi spearman rank. Hasil Penelitian: Tingkat pengetahuan pasien tentang perawatan ortodonti paling banyak termasuk kedalam kategori baik dengan jumlah 26 responden (87%), motivasi untuk perawatan ortodonti paling banyak termasuk dalam kategori tinggi dengan jumlah 19 responden (63%), terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan pasien tentang perawatan ortodonti dengan motivasi untuk perawatan ortodonti di Klinik Mandiri.
Tujuan penelitian mengetahui hubungan tingkat pengetahuan pasien tentang perawatan ortodonti dengan motivasi untuk perawaran ortodonti di Klinik Mandiri. Penelitian ini adalah survey analitik dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2017. Populasi studi penelitian ini adalah semua pasien lama yang datang di Klinik Mandiri dengan kasus perawatan ortodonti. Sampel dalam penelitian ini pasien lama umur 15-40 tahun. Analisi data menggunakan uji korelasi spearman rank. Hasil Penelitian: Tingkat pengetahuan pasien tentang perawatan ortodonti paling banyak termasuk kedalam kategori baik dengan jumlah 26 responden (87%), motivasi untuk perawatan ortodonti paling banyak termasuk dalam kategori tinggi dengan jumlah 19 responden (63%), terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan pasien tentang perawatan ortodonti dengan motivasi untuk perawatan ortodonti di Klinik Mandiri.
Kata
Kunci : Tingkat Pengetahuan, Perawatan Ortodonti, Motivasi
LEVEL OF PATIENTS’ KNOWLEDGE OF
ORTODONTIC TREATMENT WITH MOTIVATION FOR ORTODONTIC TREATMENTIN PRIVATE CLINICS
Arief Munandar1, Siti Sulastri2, Etty Yuniarly3
1)ariefmnndr558@gmail.com, Department of
Dental Nursing Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Jl. Tatabumi No.3 Banyuraden,
Gamping, Sleman
2,3) Lecturer Department of Dental Nursing Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
2,3) Lecturer Department of Dental Nursing Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
|
Berdasarkan
undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan menjelaskan bahwa
pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang
produktif secara sosial dan ekonomis. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut
dilakukan untuk pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat dalam
bentuk peningkatan kesehatan gigi dan pemulihan kesehatan gigi oleh pemerintah,
pemerintah daerah atau masyarakat yang dilakukan secara terpadu dan
berkesinambungan. Kesehatan gigi dan mulut dilaksanakan melalui pelayanan
kesehatan gigi perseorangan mandiri, pelayanan kesehatan gigi masyarakat.1
Pengetahuan
adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap obyek
melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya) dengan
sendirinya pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut,
pengetahuan sangat dipengaruhi oleh intensitas
perhatian dan persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan seseorang
diperoleh melalui indera pendengaran (telinga) dan indera penglihatan (mata).
Pengetahuan seseorang terhadap obyek mempunyai intensitas atau tingkatan yang
berbeda-beda.2
|
Prevalensi
(angka kejadian) kelainan susunan gigi dan pengatupan rahang di Indonesia konon mencapai 80%. Kelainan ini
menjadi masalah terbesar ketiga setelah gigi berlubang dan penyakit gusi. Jika
gigi-gigi terlalu berjenjang, maju mundur, gingsul, atau sebaliknya terlalu
jarang, kawat gigi diperlukan untuk meluruskannya, pada kondisi rahang bawah
normal, rahang atas maju atau sebaliknya, rahang bawah terlalu maju, rahang
atas normal. Jika tidak cepat ditangani, kelainan-kelainan itu akan membuat
cara menyikat gigi kurang bisa maksimal. Akibatnya gigi jadi mudah berlubang,
tumbuh banyak karang gigi, gusi bisa mudah berdarah dan memunculkan bau mulut
tidak sedap. Pada tahap lebih parah bahkan dapat menimbulkan gangguan sakit
kepala dan leher.4
Ada
berbagai manfaat dengan pemasangan ortodonti diantaranya dapat menambah rasa
percaya diri dan meningkatkan motivasi
untuk pemakaian ortodonti. Motivasi berasal dari kata latin moreve yang berarti dorongan dari dalam
diri manusia untuk bertindak atau berperilaku. Pengertian motivasi tidak lepas
dari kata kebutuhan yang berarti suatu potensi dalam diri manusia yang perlu
ditanggapi atau direspon, apabila tidak direspon maka akan selalu berpotensi
muncul kembali sampai terpenuhi kebutuhan yang dimaksud. Motivasi adalah suatu
perangsang keinginan (wants) dan daya
penggerak kemauan yang akhirnya seseorang bertindak atau berperilaku yang
mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai.5
Klinik mandiri drg. Krisbudi
Hudiyoko, Sp.Ort merupakan klinik gigi spesialis Ortodonti yang terletak di Jl.
W. Monginsidi 22 Yogyakarta, diketahui rata-rata kunjungan pasien lama pada
kasus perawatan ortodonti sebanyak 7 pasien perhari. Berdasarkan hasil studi
pendahuluan yang dilakukan pada bulan mei 2017 dengan cara wawancara serta
memberikan kuesioner pengetahuan tentang perawatan ortodonti dan kuesioner
motivasi tentang perawatan ortodonti pada 10
pasien lama yang berkunjung pada klinik mandiri didapatkan bahwa 7
pasien (70%) memiliki tingkat pengetahuan tinggi dengan motivasi sedang, 3
pasien (30%) memiliki tingkat pengetahuan cukup dengan motivasi tinggi tentang perawatan ortodonti.
METODE PENELITIAN
Jenis
penelitian ini menggunakan metode penelitian survey analitik dengan menganalisa
suatu keadaan dengan cara pendekatan. Pengumpulan data menggunakan rancangan cross sectional.
Populasi dalam
penelitian ini adalah semua pasien lama yang berkunjung dengan kasus perawatan
ortodonti di klinik mandiri drg. Krisbudi Hudiyoko, Sp.Ort klinik gigi
spesialis ortodonti Yogyakarta. Pengambilan sampel dengan menggunakan non Probability sampling dengan teknik Quota sampling.
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 pasien lama yang
berkunjung dengan kasus perawatan ortodonti dengan kriteria: pasien lama yang melakukan
perawatan ortodonti umur 15 – 40 tahun, bersedia menjadi responden pada kasus
perawatan ortodonti. Waktu penelitian dilakukan pada bulan September – Oktober 2017. Tempat penelitian
dilakukan di klinik mandiri drg. Krisbudi Hudiyoko, Sp.Ort. klinik gigi
spesialis ortodonti Yogyakarta.
Variabel dalam penelitian ini adalah : Variabel Independen
yaitu Tingkat pengetahuan pasien tentang perawatan ortodonti. Data diukur
menggunakan kuesioner yang berisi 10 pernyataan. Mengukur tingkat pengetahuan
pasien tentang perawatan ortodonti dengan pilihan jawaban “benar” atau “salah”
. Jawaban “benar” diberi nilai 1 dan jawaban “salah” diberi nilai 0 dengan
kategori penilaian yaitu : Baik : bila subyek mampu menjawab dengan benar (8-10)
dari keseluruhan pernyataan, Cukup : bila subyek mampu menjawab dengan benar (5-7)
dari keseluruhan pernyataan, kurang : bila subyek mampu menjawab dengan benar
(1-4) dari keseluruhan pernyataan, pengukuran pengetahuan menggunakan skala
ordinal.
Variabel dependen yaitu Motivasi untuk perawatan ortodonti.
Skala yang digunakan untuk mengukur motivasi adalah skala likert (method of summateds
ratings) berbentuk checklist dan memuat pernyataan postif dan negatif. Penyataan
berjumlah 10 dengan 6 pernyataan positif favorable
dan 4 pernyataan negatif unfavorable
dijawab dengan 4 pilihan interprestasi pilihan sebagai berikut : (1) Penyataan
positif, sangat setuju (SS) nilai 4, setuju (S) nilai 3, tidak setuju (TS)
nilai 2 sangat tidak setuju (STS) nilai 1. (2) Penyataan negatif, sangat setuju
(SS) nilai 1, setuju (S) nilai 2, tidak setuju (TS) nilai 3, sangat tidak setuju
(STS) nilai 4. Jawaban tertinggi responden adalah nilai 4 dan jawaban terendah
adalah nilai 1. Nilai yang diperoleh dibuat kategori dengan menentukan nilai
tertinggi dan nilai terendah, dari 10 pernyataan yang ada diperoleh skor
tertinggi (10x4)=40 dan skor terendah (10x1)=20. Pengukuran motivasi
menggunakan kriteria sebagai berikut : Motivasi tinggi, bila hasil jawaban
responden benar (31-40), motivasi sedang, bila hasil jawaban responden benar
(21-30), motivasi rendah, bila hasil jawaban responden benar ( ≤20). Pengukuran
motivasi menggunakan skala ordinal.
Jenis
data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer. Data primer
diperoleh langsung dari sumber datanya. Teknik yang digunakan peneliti untuk
mengumpulkan data primer yaitu menggunakan kuesioner. Alat Ukur/ Instrumen Penelitian yaitu alat tulis (Pulpen) dan kuesioner.
Pengelohan data dengan Editing yaitu data atau keterangan yang telah dikumpulkan
dalam buku catatan (record book), koding
adalah memberikan kode pada data dalam bentuk angka dan huruf untuk memudahkan
pengelolahan, tabulating adalah data yang diperoleh dikelompokkan dan
ditampilkan dalam bentuk tabel dan entry yaitu menggunakan program Microsoft
Excel dan SPSS 16 for windows.
Analisa
data dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16 for windows. Data yang diperoleh dari hasil kuesioner diuji
korelasi spearman rank digunakan
untuk mengetahui apakah ada hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen. Jika nilai asymp.sig (p)
< 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada hubungan antara variabel
independen dan dependen.
HASIL
PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkat
pengetahuan pasien tentang perawatan ortodonti dengan motivasi untuk perawatan
ortodonti di Klinik Mandiri. Penelitian dilakukan pada bulan September -
Oktober 2017. Penelitian ini dilakukan dengan wawancara dengan mengambil hasil
kuesioner penelitian tingkat pengetahuan pasien tentang perawatan ortodonti dan
hasil kuesioner motivasi untuk perawatan ortodonti di Klinik Mandiri.
Adapun data hasil penelitian
sebagai berikut :
Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan Jenis kelamin
Jenis Kelamin
|
Jumlah (n)
|
Persentase(%)
|
Laki-laki
|
12
|
40
|
Perempuan
|
28
|
60
|
Jumlah
|
30
|
100
|
Berdasarkan tabel 1. Menunjukan
bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 28 responden
(60%), sedangkan responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 12 responden
(40%).
Tabel 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan Umur.
Umur / tahun
|
Jumlah (n)
|
Persentase(%)
|
15-20
|
22
|
73
|
21-40
|
8
|
27
|
Jumlah
|
30
|
100
|
Berdasarkan tabel 2 . Menunjukan bahwa sebagian
besar responden umur 15-20 tahun
sebanyak 22 responden (73%), sedangkan responden umur 21-40 tahun sebanyak 8
responden (27%).
Tabel 3. Distribusi frekuensi responden
berdasarkan tingkat pengetahuan pasien tentang perawatan
ortodonti.
Tingkat
Pengetahuan perawatan Ortodonti
|
Jumlah (n)
|
Persentase (%)
|
Baik
|
26
|
87
|
Cukup
|
4
|
13
|
Kurang
|
0
|
0
|
Jumlah
|
30
|
100
|
Berdasarkan tabel 3.
Menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan tentang
perawatan ortodonti dengan kriteria baik sebanyak 26 responden (87%), kriteria
cukup sebanyak 4 responden (13%).
Tabel 4. Distribusi frekuensi responden
berdasarkan motivasi untuk perawatan ortodonti.
Motivasi Untuk
Perawatan Ortodonti |
Jumlah (n)
|
Persentase (%)
|
Tinggi
|
19
|
63
|
Sedang
|
11
|
37
|
Rendah
|
0
|
0
|
Jumlah
|
30
|
100
|
Berdasarkan tabel 4. Menunjukan
bahwa sebagian besar responden memiliki motivasi untuk perawatan ortodonti
dengan kriteria tinggi sebanyak 19 responden (63%) dan kriteria sedang sebanyak
11 responden (37%).
Tabel 5. Hasil tabulasi silang antara
pengetahuan dengan jenis kelamin.
Jenis Kelamin
|
Tingkat
Pengetahuan
|
Total
|
||||||
Baik
|
Cukup
|
Kurang
|
||||||
JML
|
%
|
JML
|
%
|
JML
|
%
|
JML
|
%
|
|
Laki-laki
|
12
|
40
|
0
|
0
|
0
|
0
|
12
|
40
|
Perempuan
|
14
|
46,7
|
4
|
13,3
|
0
|
0
|
18
|
60
|
Jumlah
|
26
|
86,7
|
4
|
13,3
|
0
|
0
|
30
|
100
|
Berdasarkan tabel 5. Menunjukan
bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki dengan tingkat
pengetahuan kategori baik sebanyak 12 responden (40%), jenis kelamin perempuan
dengan tingkat pengetahuan kategori baik sebanyak 14 responden (46,7%) dan
jenis kelamin perempuan dengan tingkat pengetahuan cukup sebanyak 4 responden
(13,3%).
Tabel 6. Hasil tabulasi silang antara pengetahuan dengan umur / tahun.
Tabel 6. Hasil tabulasi silang antara pengetahuan dengan umur / tahun.
Umur / tahun
|
Tingkat
Pengetahuan
|
Total
|
||||||
Baik
|
Cukup
|
Kurang
|
||||||
JML
|
%
|
JML
|
%
|
JML
|
%
|
JML
|
%
|
|
15-20
|
19
|
63,3
|
3
|
10
|
0
|
0
|
22
|
73,3
|
21-40
|
7
|
23,3
|
1
|
3,3
|
0
|
0
|
8
|
26,7
|
Jumlah
|
26
|
86,7
|
4
|
13,3
|
0
|
0
|
30
|
100
|
Berdasarkan tabel 6.
Menunjukan bahwa sebagian besar responden umur 15-20 tahun dengan tingkat
pengetahuan kategori baik sebanyak 19 responden (63,3%), kategori cukup
sebanyak 3 responden (10%), sedangkan responden 21-40 tahun dengan tingkat
pengetahuan kategori baik sebanyak 7 responden (23,3), kategori cukup sebanyak
1 responden (3,3).
Tabel 7. Hasil
tabulasi silang antara motivasi untuk perawatan ortodonti dengan Jenis Kelamin.
Jenis Kelamin
|
Motivasi Untuk
Perawatan Ortodonti
|
Total
|
||||||
Tinggi
|
Sedang
|
Rendah
|
||||||
JML
|
%
|
JML
|
%
|
JML
|
%
|
JML
|
%
|
|
Laki-laki
|
9
|
30
|
3
|
10
|
0
|
0
|
12
|
40
|
Perempuan
|
10
|
33,3
|
8
|
26,7
|
0
|
0
|
18
|
60
|
Jumlah
|
19
|
63,3
|
11
|
36,7
|
0
|
0
|
30
|
100
|
Berdasarkan tabel 7.
Menunjukan bahwa sebagian besar responden jenis kelamin laki-laki dengan
motivasi untuk perawatan ortodonti kriteria baik sebanyak 9 responden (30%),
kategori sedang sebanyak 3 responden (10%) sedangkan jenis kelamin perempuan
dengan motivasi untuk perawatan ortodonti dengan kategori tinggi sebanyak 10
responden (33,3), kategori sedang sebanyak 8 responden (26,7).
Tabel 8. Hasil
tabulasi silang antara motivasi untuk perawatan ortodonti dengan umur / tahun.
Umur / tahun
|
Motivasi Untuk
Perawatan Ortodonti
|
Total
|
||||||
Tinggi
|
Sedang
|
Rendah
|
||||||
JML
|
%
|
JML
|
%
|
JML
|
%
|
JML
|
%
|
|
15-20
|
13
|
43,3
|
9
|
30
|
0
|
0
|
22
|
73,3
|
21-40
|
6
|
20
|
2
|
6,7
|
0
|
0
|
8
|
26,7
|
Jumlah
|
19
|
63,3
|
11
|
36,7
|
0
|
0
|
30
|
100
|
Berdasarkan tabel 8.
Menunjukan bahwa sebagian besar responden umur 15-20 tahun dengan motivasi
untuk perawatan ortodonti kategori tinggi sebanyak 13 responden ( 43,3),
kategori sedang 9 responden (30%) dan sedangkan umur 21-40 tahun dengan
motivasi untuk perawatan ortodonti dengan kategori tinggi sebanyak 6 (20%),
kategori sedang sebanyak 2 responden (6,7%)
Tabel 9. Hasil tabulasi silang antara
tingkat pengetahuan pasien tentang
perawatan ortodonti dengan motivasi untuk perawatan ortodonti.
perawatan ortodonti dengan motivasi untuk perawatan ortodonti.
Tingkat
Pengetahuan
|
Motivasi Untuk
Perawatan Ortodonti
|
Total
|
||||||
Tinggi
|
Sedang
|
Rendah
|
||||||
JML
|
%
|
JML
|
%
|
JML
|
%
|
JML
|
%
|
|
Baik
|
19
|
63,3
|
7
|
23,3
|
0
|
0
|
26
|
86,6
|
Cukup
|
0
|
0
|
4
|
13,3
|
0
|
0
|
4
|
13,3
|
Kurang
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
Jumlah
|
19
|
63,3
|
11
|
36,6
|
0
|
0
|
30
|
100
|
Berdasarkan tabel 9. Menunjukan
bahwa sebagian besar responden tingkat pengetahuan kategori baik yang memiliki
motivasi dengan kategori tinggi yaitu sebanyak 19 responden (63,3%), tingkat
pengetahuan pasien kategori baik memiliki motivasi sedang sebanyak 7 responden (23,3%),
tingkat pengetahuan kategori cukup memiliki motivasi dengan kategori sedang
sebanyak 4 responden (13,3%).
Hasil Uji Statistik
Berdasarkan analisis spearman rank menunjukan bahwa koefisien korelasi nilainya sebesar
0,515 lebih besar dari rho Tabel
yaitu dengan nilai 0,364 pada taraf signifikan 5% dan nilai asym.sig (p) =0,004 (p< 0,05). Maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya
ada hubungan tingkat pengetahuan pasien tentang perawatan ortodonti dengan
motivasi untuk perawatan ortodonti di Klinik Mandiri.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil dari
Tabel 1. Menunjukan bahwa responden penelitian tingkat pengetahuan pasien
tentang perawatan ortodonti dengan motivasi untuk perawatan ortodonti berjenis
kelamin perempuan sebanyak 28 responden (60%) lebih banyak dibandingkan dengan
jumlah responden laki-laki sebanyak 8 responden (40%). Kondisi ini menunjukan
bahwa pada kelompok perempuan cenderung lebih peka, cepat merespon keadaan yang
dianggapnya membahayakan kesehatan dan perempuan lebih percaya diri melakukan
perawatan ortodonti sehingga lebih mengutamakan penampilan dan keindahan dibandingkan laki-laki.
Laki-laki pada umumnya merasa minder melakukan perawatan ortodonti, laki-laki
memiliki banyak kesibukan sehingga baru akan berobat ketika merasa sakit.
Perawatan ortodonti lebih banyak dilakukan oleh perempuan
dibandingkan dengan laki-laki oleh karena kecenderungan perempuan yang lebih
mengutamakan estetika sehingga sangat memperhatikan kesehatan dan keteraturan
giginya.6 Perbedaan kepribadian antara laki-laki dan perempuan akan
menyebabkan perbedaan sikap dan tindakannya dalam kehidupan termasuk dalam
mengambil keputusan.7
Pasien perempuan
jumlahnya lebih banyak dibandingkan pasien laki-laki, pada umumnya perempuan
sangat memperhatikan penampilannya,
perempuan pada umumnya lebih tidak puas terhadap penampilan giginya dari
pada laki-laki. Oleh karena itu perempuan memiliki motivasi lebih baik dari
pada laki-laki. Tindakan dan sikap seseorang dipengaruhi oleh karakter dan
kepribadiannya. Laki-laki dan perempuan memiliki kepribadian yang berbeda.
Perempuan lebih mementingkan penampilan fisik dan tampil menarik dibandingkan
laki-laki yang bersifat tidak peduli pandangan orang lain.8
Berdasarkan hasil dari
Tabel 2. Menunjukan bahwa tingkat pengetahuan pasien tentang perawatan
ortodonti dengan motivasi untuk perawatan ortodonti pada kelompok usia 15-20
tahun sebanyak 22 responden (73%) dibandingkan dengan kelompok usia 21-40 tahun
sebanyak 8 responden (27%). Kondisi ini
menunjukan pada umur 15-20 tahun seseorang akan lebih cepat perubahannya
dilakukan perawatan ortodonti karena pada masa ini erupsi gigi sudah sepenuhnya
dan pasien sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan, sehingga pergesaran
gigi mudah dilakukan, sedangkan pada umur 21-40 tahun perubahannya lebih lama
ketika dilakukan perawatan ortodonti karena pasien tidak lagi pada masa
pertumbuhannya dan perkembangan.
Perawatan ortodonti yang dilakukan pada usia pertumbuhan,
hasilnya akan lebih baik dan relatif lebih cepat karena pertumbuhan rahang dan
rongga mulut yang terjadi pada usia ini, bisa juga dimanfaatkan untuk
memperbaiki dan mencegah kondisi maloklusi. Perawatan ini juga bisa dilakukan
oleh orang dewasa, namun pada orang dewasa biasanya semakin tua usianya maka
perawatan bisa berjalan lebih lama dan dengan perbaikan yang lebih terbatas
karena pertumbuhan rongga mulut sudah tidak berlangsung lagi .9 Siswa
SMA memiliki motivasi tinggi untuk melakukan perawatan ortodonti.10 Proses
pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh keadaan hormon pertumbuhan,
fisik, psikis dan lingkungan. Keadaan ini menyebabkan adanya perbedaan
interaksi pada remaja.11
Berdasarkan Tabel 3 dan
4. Menunjukan bahwa tingkat pengetahuan pasien tentang perawatan ortodonti
paling banyak kriteria baik berjumlah 26 responden (87%) dan motivasi untuk perawatan
ortodonti paling banyak dengan kriteria tinggi sebanyak 19 responden (63%).
Kondisi ini menunjukan bahwa responden sudah mengetahui tentang perawatan
ortodonti dan sudah mempunyai keinginan untuk melakukan perawatan ortodonti.
Pengetahuan responden diperoleh secara alami dengan pengalaman pribadi dan
pengalaman orang lain. Pengetahuan tentang kesehatan gigi khususnya perawatan
ortodonti diperoleh melalui pendidikan yang terencana dan terarah akan
mempercepat perubahan perilaku. Motivasi dapat diperoleh dari diri sendiri,
keluarga, teman, petugas kesehatan dan lingkungan sekitarnya.
Tingkat pengetahuan remaja mempengaruhi terhadap tindakan
untuk melakukan perawatan ortodonti.12 Motivasi terjadi apabila
seseorang mempunyai keinginan dan kemauan untuk melakukan kegiatan atau
tindakan dalam rangka mencapai tujuan tertentu, sehingga pengetahuan yang
tinggi akan semakin besar kemungkinan untuk termotivasi pada suatu program
pengobatan.13
Tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh motivasi,
karena pengetahuan yang baik akan menentukan motivasi yang tinggi karena
pengetahuan dan motivasi yang tinggi akan semakin menguatkan seseorang untuk
melakukan suatu aktifitas yang diinginkan.14
Berdasarkan Tabel 9.
Menunjukan hasil tabulasi silang antara tingkat pengetahuan pasien tentang
perawatan ortodonti dengan motivasi untuk perawatan ortodonti bahwa sebagian
besar responden tingkat pengetahuan kategori baik memiliki motivasi dengan
kotegori tinggi sebanyak 19 responden (63,3%). Kondisi ini dapat terjadi karena
sebagian besar responden sudah mengerti dan memahami tentang perawatan
ortodonti. Informasi mengenai perawatan ortodonti diperoleh dari dokter gigi
spesialis ortodonti, lingkungan sekitar, pengalaman serta umur responden.
Sumber informasi yang banyak akan memperluas dan menambah pengetahuan yang
dimiliki responden dan pengetahuan ini akan menyadarkan orang tersebut untuk
berperilaku baik.
Semakin baik
pengetahuan seseorang maka dapat menimbulkan motivasi yang baik dan motivasi
yang baik akan menimbulkan prilaku yang baik. Memotivasi diri atau dorongan
dari orang lain membuat seseorang dapat lebih obyektif mendengarkan masukan,
saran, bahkan sugesti tertentu, yang kemudian diterima dan disesuaikan dengan
pengalaman pribadi masing-masing untuk menentukan suatu pilihan tertentu.
Pengetahuan merupakan informasi nyata yang memberi keterangan tentang suatu hal
sehingga membuat seseorang paham dan mengambil tindakan dari sebuah informasi.
Pengetahuan yang baik terhadap siuatu obyek akan timbul keinginan atau dorongan
yang baik terhadap suatu obyek, sehingga diharapkan tumbuh sikap positif yang
akan meningkatkan motivasi seseorang.15
Motivasi secara umum mengacu pada adanya kekuatan dorongan yang menggerakkan
kta untuk berperilaku tertentu, oleh karena itu motivasi akan berhubungan
dengan hasrat, keinginan, dorongan dan tujuan, dalam konsep motivasi kita juga
akan mempelajari sekelompok fenomena yang mempengaruhi sifat, kekuatan dan
ketetapan dari tingkah laku.2
Berdasarkan hasil uji
statistik yang telah dilakukan di dapatkan bahwa variabel tingkat pengetahuan
pasien tentang perawatan ortodonti memiliki hubungan yang signifikan dengan
motivasi untuk perawatan ortodonti dengan nilai signifikan yang didapat asymp.sig (p) = 0,004 (P < 0,05),
sedangkan nilai korelasi sebesar 0,515 yang lebih besar dari rho tabel yaitu 0,346. Pengetahuan dan
motivasi yang tinggi akan semakin menguatkan seseorang untuk melakukan suatu
aktifitas yang diinginkan, sehingga tingginya dua hal ini dapat meningkatkan
seseorang untuk bertindak.16
Tingkat pengetahuan yang baik akan berdampak pada motivasi
seseorang, sehingga pengetahuan yang baik akan merespon seseorang untuk
motivasi baik tentang penggunaan perawatan ortodonti.17 Pengetahuan seseorang
sangat menentukan seseorang termotivasi
untuk melakukan tindakan perawatan ortodonti yang dilakukan pada siswa X SMA.10
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan :
1. Tingkat
pengetahuan pasien tentang perawatan ortodonti paling banyak termasuk kedalam
kategori baik dengan jumlah 26 responden (87%).
2. Motivasi
untuk perawatan ortodonti paling banyak termasuk dalam kategori tinggi dengan
jumlah 19 responden (63%).
3 Terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan pasien tentang perawatan
ortodonti dengan motivasi untuk perawatan ortodonti di Klinik Mandiri.
SARAN
1. Bagi
Masyarakat
Diharapkan bagi masyarakat agar lebih
aktif dalam mencari informasi tentang kesehatan gigi dan mulut khususnya
mengenai perawatan ortodonti.
2. Bagi
Penelitian Lain
Penelitian dibidang ini diharapkan dapat
berkembang dengan cakupan yang lebih luas dan aspek yang lebih lengkap dengan
variabel yang berbeda.
3. Bagi
Tenaga Kesehatan Terapis Gigi Dan Mulut
Diharapkan bagi tenaga kesehatan terapis
gigi dan mulut sebaiknya lebih banyak memberikan pengetahuan kepada masyarakat
mengenai kesehatan gigi dan mulut terutama tentang perawatan ortodonti melalui
promosi kesehatan dengan didampingi drg.spesialis ortodonti seperti penyuluhan,
pembagian leafleat kepada masyarakat, penjelasan erupsi gigi guna pencegahan
maloklusi dan media promosi lainnya.
UCAPAN TERIMA KASIH
1. Joko
Susilo, SKM, M.Kes Selaku Direktur Politeknik Kesehatan Yogyakarta yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun skripsi.
2. Siti
Sulastri, S.Pd., S.SiT., M.Kes Selaku Ketua Jurusan Keperawatan Gigi sekaligus
sebagai pembimbing pertama.
3. Taadi,
S.pd., S.SiT., M.Kes Selaku Ketua Prodi D IV Keperawatan Gigi.
4. Etty
Yuniarly, SST.,MPH Selaku pembimbing pendamping.
5. Pimpinan
Klinik Mandiri Yogyakarta drg. Krisbudi Hudiyoko, Sp. Ort.
6. Drs.
Marduki dan Sukma Diana selaku orang tua yang telah memberikan bantuan moral
dan material serta dukungan semangat kepada penulis sehingga skripsi dapat
terselesaikan.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Departemen
Kesehatan RI (2009). Undang-Undang RI.
Kesehatan.No.36 Tahun 2009 : pasal 3- 93 : Jakarta.
2. Notoatmodjo,
S(2010). Promosi Kesehatan Teori dan
Aplikasi, Jakarta : PT Rineka cipta P : 27-147.
3. William,
Cook, Isaacson, & Thom. (2002). Alat-Alat
Ortodonti Cekat Prinsip Dan Praktik, Jakarta : EGC P : 2-4.
4. Kusumawardani,
E. (2011). Buruknya Kesehatan Gigi dan
Mulut, Yogyakarta : SIKLUS P : 66-71.
5. Notoatmodjo,
S .(2014). Ilmu Perilaku Kesehatan,
Jakarta : PT Rineka cipta P: 27-147.
6. Oktaviani,
V dan Santoso, O. (2016). Pebedaan Indeks Higiene Oral dan PH Plak Kelompok
Pemakaian dan Bukan Pemakaian Pesawat Ortodonti Cekat, Jurnal Kedokteran Diponegoro. Vol. 5 Nomor 1, Januari 2016.
7. Poha,
W. (2012) Gambaran Pencabutan Gigi Molar Satu Mandibular Berdasarkan Umur dan
Jenis Kelamin di Balai Pengobatan Rumah Sakit Gigi dan Mulut. Skripsi Program Studi FKG Universitas
Sam Ratulangi Manado.
8. Hasrini.
(2012). Jenis Kelamin dengan Motivasi Pasien Pemakai alat Orthodontic Cekat di
Klinik Mallilah Makasar, Skripsi
Poltekkes Yogyakarta.
9. Rahmadhan,
A.G. (2010). Serba-serbi Kesehatan Gigi
dan Mulut, Jakarta Selatan : Bukune P: 154-175.
10. Triyanto,
B.N. (2013). Maloklusi Dengan Motivasi Perawatan Ortodonsi Pada Siswa Kelas X
SMA N 1 Tahun 2013. Skripsi Poltekkes
Yogyakarta.
11. Sudarso,
L.S.R. (2008). Solusi Penetapan Waktu Dan
Manegemen Ortodontik Pada Anak Masa Tumbuh Kembang. Dentika Dental Jurnal
Edisi 13.
12. Fauziah,
A. (2015). Tingkat Pengetahuan Perawatan Ortodonti Cekat Pada Remaja Yang
Menggunakan Ortodonti Cekat Di Banda
Aceh (Studi 5 SMA Unggulan). Skripsi FKG : Unsyiah.
13. Hamzah.(2015)Teori Motivasi dan Pengukurannya.
Jakarta : Bumi Aksara.
14. Haniyati,
M. (2017). Tingkat Pengetahuan Tentang Perawatan Saluran Akar Dengan Motivasi
Perawatan Saluran Akar Pada Gigi Necrosis Pulpa Di Klinik Dentes Yogyakarta, Skripsi Poltekkes Yogyakarta P : 17.
15. Nugroho,
H, Nurdiana. (2008). Hubungan Antara Pengetahuan Dan Motivasi Kader Posyandu
Dengan Keaktifan Kader Posyandu Di Desa Dukuh Tengah Kecamatan Ketanggungan
Kabupaten Brebes. Jurnal. Vol 2 No. 1
hal 1-8.
16. Handayani,
S.2008. Hubungan pengetahuan, sikap, minat dan motivasi dengan prestasi belajar
mata kuliah kdm pada mahasiswa semester 1 akper giri satria husada wonogiri. Tesis. Program Studi Magister Kedokteran
Keluarga Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret.
17. Natassa,
J. (2016). Gambaran Pengetahuan, Sikap Dan Motivasi Pasien Pada pemakaian
Retainer Pasca Fixed Orthodonti, Tesis
Korespondensi Stikes Hangtuah Pekanbaru Di Perfect Smile Pekanbaru.