LAMA PEMAKAIAN
ALAT ORTHODONTI CEKAT DENGAN KEJADIAN PENYAKIT GINGIVITIS PADA SISWA SEKOLAH
MENENGAH ATAS (SMA)
Naskah Publikasi
ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar
Sarjana Sains Terapan Keperawatan Gigi
WAGE
AHMAD SYAIFUDDIN TH
NIM : P07125216107
PRODI
D-IV KEPERAWATAN GIGI
JURUSAN
KEPERAWATAN GIGI
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN
YOGYAKARTA
TAHUN 2018
LAMA PEMAKAIAN
ALAT ORTHODONTI CEKAT DENGAN KEJADIAN PENYAKIT GINGIVITIS PADA SISWA SEKOLAH
MENENGAH ATAS (SMA)
Wage Ahmad
Syaifuddin TH1, Dwi Suyatmi2, Dwi Eni Purwati3
1)Prodi D-IV Jurusan Keperawatan
Gigi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
2,3) Jurusan Keperawatan Gigi
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Jln. Kyai Mojo 56, Pingit, Yogyakarta
Email : wage.penatar1000@gmail.com
ABSTRAK
Alat orthodonti
cekat dapat mengiritasi jaringan melalui berbagai cara terutama yang dipakai
siang dan malam. Gingivitis umumnya disebabkan plak yang melekat erat pada
permukaan gigi dan terdapat kuman, bakteri serta berbagai hasil metabolismenya
yang mengendap dalam waktu yang lama, serta kebersihan gigi dan mulut yang
buruk merupakan faktor pendukungnya,
pemakaiaan alat orthodonti cekat dalam jangka waktu lama terutama pada siswa
sekolah diperlukan pengetahuan yang baik dalam menjaga kebersihan gigi dan
mulut untuk menghindari terjadinya penyakit gingivitis. Tujuan penelitian untuk
mengetahui tingkat lama pemakaian alat orthodonti cekat, kejadian penyakit
gingivitis dan menganalisa hubungan
antara lama pemakaian alat orthodonti cekat dengan kejadian penyakit gingivitis
pada siswa sekolah menengah atas (SMA).Penelitian ini merupakan jenis analitik observasional, desain cross sectional, teknik pengambilan
sampel purposive sampling, kriteria
siswa yang memakai alat orthodonti cekat. Variabel penelitian terdiri variabel
bebas Lama pemakaian alat orthodonti cekat dengan penilaian skala ordinal dan variabel
terikat kejadian penyakit gingivitis dengan penilaian skala ordinal, analisis
menggunakan uji Kendall’s Tau. Hasil penelitian
pemakaian alat orthodonti cekat pada siswa SMA terbanyak pada kriteria lebih lama
(41,3%). Penyakit gingivitis pada pemakaian alat orthodonti cekat siswa SMA
terbanyak pada kriteria peradangan ringan (63,5%). Hasil uji Kendall’s Tau diketahui bahwa nilai p =
0,046 dengan demikian nilai p<0,05 jadi Ho ditolak dan Ha diterima, maka
secara statistik ada hubungan yang signifikan. Kesimpulan Terdapat hubungan
antara lama pemakaian alat orthodonti cekat dengan kejadian penyakit gingivitis
pada siswa sekolah menengah atas (SMA).
Kata Kunci : lama pemakaian, orthodonti cekat,
gingivitis
DURATION OF USE
OF FIXED ORTHODONTIC APPLIANCE WITH THE INCIDENCE OF GINGIVITIS DISEASE IN HIGH
SCHOOL STUDENT (SMA)
Wage Ahmad
Syaifuddin TH1, Dwi Suyatmi2, Dwi Eni Purwati3
1)Prodi D-IV Departement of Dental
Nursing Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
2,3) Departement of Dental Nursing
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Jln. Kyai Mojo 56, Pingit, Yogyakarta
Email : wage.penatar1000@gmail.com
ABSTRACT
Fixed
orthodontic appliances can irritate the tissues through various ways,
especially those worn day and night. Gingivitis is commonly caused by plaque that
is firmly attached to the tooth surface and there are germs, bacteria and
various metabolism products that settle for a long time, also poor dental and
oral hygiene are the supporting factor, long-stay orthodontic appliances in the long term, especially in school students
need a good knowledge in maintaining oral hygiene to aviod the occurence of gingivitis
disease. Research objective for to know
the level duration of use fixed orthodontic appliances, the incidence of
gingivitis and to analyze the relationship between the duration of the use of
fixed orthodontic appliance with the incidence of gingivitis disease in high
school students (SMA). This research is observational analytic type, cross sectional
design, purposive sampling sampling technique, criteria of students using fixed
orthodontic appliance. Variables of research consisted of free variable length
of use of fixed orthodontic appliance with ordinal scale assessment and
dependent variable disease incidence gingivitis with ordinal scale assessment, analysis
using Kendall Tau test. Results The use
of fixed orthodontic appliance in high school students was mostly on longer creteria (41.3%). Gingivitis disease in the
use of fixed orthodontic appliance in high school students mostly on the criteria
of mild inflammation (63.5%). Kendall’s Tau test results note that the value p = 0,046
thus the value p < 0,05 so Ho is rejected and Ha accepted, then there is
statistically significant relationship. Conclusion there is a relationship
between the duration of the use of fixed orthodontic appliance with the
incidence of gingivitis disease in high school students (SMA).
Keyword : duration of use, fixed orthodontic, gingivitis
PENDAHULUAN
Tujuan
pembangunan kesehatan adalah terciptanya masyarakat Indonesia yang hidup dan
berprilaku dalam lingkungan sehat dan mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu. Pelayanan diberikan di seluruh wilayah Indonesia harus dilakukan secara
adil, merata, dan optimal1.
Sebesar
25,9% penduduk Indonesia mempunyai masalah gigi dan mulut dalam 12 bulan
terakhir. Terdapat 31,1% yang menerima perawatan dan pengobatan dari tenaga
medis gigi (perawat gigi, dokter gigi atau dokter gigi spesialis), sementara
68,9% lainnya tidak dilakukan perawatan. Secara keseluruhan
keterjangkauan/kemampuan untuk mendapatkan pelayanan dari tenaga medis gigi
hanya 8,1%, Proporsi penduduk bermasalah gigi dan mulut menurut karakteristik
kelompok usia 18 tahun 24,0%2.
Pelayanan
kesehatan gigi dan mulut sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan
secara keseluruhan telah menetapkan indikator status kesehatan gigi dan mulut
masyarakat yang mengacu pada Global Goals for Oral Health 2020 yang
dikembangkan oleh FDI,WHO dan IADR. Program ini menyarankan negara-negara
didunia untuk mengembangkan kebijakan pencegahan penyakit gigi dan mulut serta
promosi kesehatan gigi dan mulut, salah satu aksi prioritas dari WHO Global
Oral Health Programme khususnya untuk
anak sekolah dan remaja1.
Plak
yang melekat erat pada permukaan gigi dan gingiva berpotensi cukup besar untuk
menimbulkan penyakit pada jaringan keras gigi maupun jaringan pendukungnya
terutama gingiva. Plak merupakan penyebab utama karena mengandung berbagai
macam bakteri serta berbagai macam hasil metabolismenya3.
Kesehatan
gigi dan gusi sangat penting untuk diperhatikan, dari teori focal infection
yang banyak mendapat perhatian selama abad 19 dan awal abad 20. Teori ini
menyebutkan bahwa infeksi dirongga mulut bertanggung jawab atas inisiasi dan
progresi berbagai penyakit inflamasi. Studi epidemiologi mengusulkan bahwa
infeksi rongga mulut khususnya radang gusi (gingivitis) merupakan faktor resiko
bagi penyakit sistemik4.
Penyakit gingivitis menduduki urutan kedua setelah
penyakit karies gigi dengan jumlah penderita 42,8 % penduduk Indonesia.
Tingginya angka penyakit gigi dan mulut disebabkan oleh faktor kebersihan gigi
dan mulut yang jelek5.
Penyakit
gigi dan mulut yang utama yaitu karies gigi dan penyakit gingivitis, Penyakit
gingivitis sangat berkaitan dengan usia, dimana dengan meningkatnya usia sering
terjadi peningkatan dalamnya keparahan dan prevalensinya, terdapat pada seluruh
lapisan maryarakat dan hanya berbeda pada tingkat keparahan dan prevalensinya6.
Gaya
hidup seseorang dipengaruhi oleh faktor psikososial. Gaya hidup ini telah
terbukti juga berkaitan dengan status kesehatan jaringan periodontal termasuk
gingiva individu yang bersangkutan. Prediktor yang digunakan untuk mengukur
kesehatan gingivitis umumnya adalah usia, kebiasaan merokok, frekuensi dan
metode menyikat gigi, penggunaan alat bantu pembersih interproksimal gigi,
serta indeks plak di proksimal, indeks perdarahan sulkus gingiva pada probing,
dan kebiasaan berkunjung ke klinik gigi7.
Alat
orthodonti cekat merupakan alat yang digunakan untuk meratakan susunan dan
posisi gigi, tujuannya tidak hanya untuk memperbaiki penampilan estetis gigi
depan, tetapi juga meningkatkan fungsi kunyah secara harmonis seluruh gigi
terhadap gigi lawannya. Kebanyakan pasien yang memakai alat orthodonti cekat
ini adalah anak – anak, remaja atau dewasa muda, juga pada usia lebih tua atau dewasa8.
Orthodonti
cekat kini sedang mengalami masa peralihan, dari fungsinya yang sebagai sarana
perawatan gigi menjadi simbol status sosial. Banyak orang berlomba-lomba
memakai alat ini, bertentangan dengan yang terjadi di indonesia, dimana remaja
putri berusaha memakai sebagai tuntutan tren masa kini, di jepang justru
pemasangan alat ini adalah hal yang harus dihindari karena justru dianggap
tidak trendi9.
Pemeliharaan
kebersihan gigi dan mulut menjadi suatu tantangan bagi pemakai alat orthodonti
cekat selama perawatan berlansung, resiko dan komplikasi yang diakibatkan oleh
lamanya pemasangan alat orthodonti cekat diantaranya yaitu plak dan sisa
makanan mudah terjebak diantara kawat dan gigi sehingga menyebabkan mudahnya
terjadinya karies, gingivitis, periodontitis, halitosis, dan penyakit gigi dan
mulut lainnya8.
Perawatan
orthodonti harus diupayakan kesehatan mulut yang baik, gigi yang karies perlu
dirawat, demikian juga kalkulus dan penyakit gingivitis perlu dilakukan
perawatan intensif, bila didapatkan penyakit sistemik, misalnya diabetes
melitus kadar gula darah harus normal10.
Keberhasilan
perawatan orthodonti tidak bisa lepas dari faktor pendukung yang meliputi
kebersihan rongga mulut, cara memelihara kesehatan gigi dan jaringan gingiva
yang sehat, faktor ini memegang peran yang sangat penting dalam mendukung proses
pergerakan gigi 11.
Berdasarkan
latar belakang diatas, penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui
lama pemakaian alat orthodonti cekat dengan kejadian penyakit gingivitis pada
siswa sekolah menengah atas (SMA) dengan alasan bahwa pada masa usia tersebut
masih rentan terhadap penyakit gigi dan mulut.
Tujuan
penelitian ini adalah diketahuinya tingkat lama pemakaian alat orthodonti cekat,
kejadian penyakit gingivitis dan menganalisa hubungan antara lama pemakaian
alat orthodonti cekat dengan kejadian penyakit gingivitis pada siswa sekolah
menengah atas (SMA).
Manfaat
dari penelitian ini adalah menambah wawasan, pengetahuan dan bahan informasi untuk
bekal dalam menjalankan tugas sebagai sarjana terapan keperawatan gigi, bagi
pemakaian alat orthodonti cekat mereka dapat melakukan pencegahan serta
meminimalisir terjadi penyakit gingivitis. Bahan perbandingan untuk penelitian
berikutnya serta memberi masukan dan tambahan bacaan bagi mahasiswa maupun
pembaca pada umumnya. Acuan untuk peningkatan upaya kesehatan gigi dan mulut di
sekolah menengah atas.
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini merupakan jenis analitik
observasional dengan rancangan desain penelitian cross sectional, dimana peneliti melakukan observasi atau
pengukuran hubungan antara variabel bebas (faktor resiko) yaitu lama pemakaian
alat orthodonti cekat dan variabel terikat (efek) yaitu kejadian penyakit
gingivitis yang dilakukan sekali dalam kurun waktu yang bersamaan 12.
Populasi
pada penelitian ini adalah siswa sekolah menengah atas (SMA) yakni siswa SMAN 2
Yogyakarta yang memakai alat orthodonti cekat yaitu sebanyak 75 siswa. Teknik
pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu berdasarkan
ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya seperti jumlah
pemakai alat orthodontik cekat.
Resonden
yang memenuhi kriteria penelitian berjumlah 63 responden dengan kriteria
sebagai berikut, kriteria inklusi : a. Menggunakan alat orthodonti cekat rahang
atas dan rahang bawah, b. Menggunakan alat orthodonti cekat dalam kurun waktu
0-60 bulan, c. Bersedia mengikuti kegiatan penelitian. Sedangkang kriteria
ekslusi : a. Hanya menggunakan sebagian alat orthodonti cekat pada rahang atas atau rahang bawah saja, b. Menggunakan
alat orthodonti cekat lebih dari 60 bulan, c. Tidak bersedia mengikuti kegiatan
penelitian atau karena alasan lain seperti sakit atau ada kegiatan lainnya.
Tempat
penelitian di SMA Negeri 2 Yogyakarta dan
waktu penelitian Oktober – Desember 2017. Variabel dalam penelitian ini yaitu variabel
independen lama pemakaian alat orthodonti cekat
dengan definisi operasional klasifikasi kriteria lama pemakaian alat
orthodonti cekat adalah a. Baru bila pemakaian ≤ 12 bulan, b. Lama bila
pemakaian 13 – 24 bulan, c. Lebih Lama bila pemakaian ≥ 25 bulan – 60 bulan dan
pengukuran menggunakan skala Ordinal. variabel dependen kejadian penyakit
gingivitis penilaian dilakukan dengan cara pemeriksaan kesehatan gingiva menggunakan
Indeks Gingival secara lansung pada responden, alat ukur yang digunakan yaitu
diagnosa set, probe periodontal.
Klasifikasi kriteria indeks gingival adalah a. Sehat bila skor 0, b. Peradangan
Ringan bila skor 0,1 - 1,0, c. Peradangan Sedang bila skor 1,1 - 2,0, d. Peradangan
Berat bila skor 2,1 - 3,0 dan pengukuran menggunakan skala Ordinal.
Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan pemeriksaan lansung kepada
responden. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu format pemeriksaan
penyakit gingivitis dengan menggunakan formulir Indeks Gingival, format informed concent, probe periodontal untuk memeriksa gingiva, alat
diagnostik (kaca mulut,pinset,sonde,excavator, nierbeken, handscoon,masker,jas
klinik serta alat dan bahan lainnya yang diperlukan.
Analisis
data pada penelitian ini dilakukan secara bivariat untuk melihat tabel
distribusi frekuensi dengan narasi dan persentase lama pemakaian alat
orthodonti cekat dengan kejadian penyakit gingivitis pada siswa sekolah
menengah atas. Untuk melihat hubungan lama pemakaian alat orthodonti cekat
dengan kejadian penyakit gingivitis sesuai dengan kerangka teori pada tinjauan
pustaka melalui uji Kendall’s Tau.
Penelitian
ini dilakukan setelah mendapatkan Persetujuan Komite Etik Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta, dosen pembimbing dan pihak SMA Negeri 2 Yogyakarta, semua pihak
terkait dengan penelitian dijelaskan tentang proses dan manfaat dari penelitian
ini. Penelitian ini dilakukan secara etik dengan memberikan Informed Concent kepada responden
sebagai bentuk persetujuan responden dalam pelaksanaan penelitian.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan
penelitian yang dilakukan pada bulan Oktober 2017, dengan 63 responden pada
siswa SMA Negeri 2 Yogyakarta, gambaran responden sebagai berikut :
Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.
Jenis Kelamin
|
Frekuensi
|
%
|
Laki – laki
Perempuan
Total
|
11
52
63
|
17,5
82,5
100,0
|
Penjabaran
tabel 1 menunjukkan distribusi berdasarkan jenis kelamin sebagian besar
responden didominasi oleh responden perempuan (82,5%) dan responden laki-laki
(17,5%).
Tabel 2.
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur.
Jenis Kelamin
|
Frekuensi
|
%
|
14
15
16
17
18
Total
|
2
16
20
20
5
63
|
3,2
25,4
31,7
31,7
7,9
100,0
|
Penjabaran
tabel 2 menunjukkan distribusi berdasarkan umur sebagian besar didominasi oleh
responden dengan umur 16 tahun dan 17 tahun (31,7%), dan terendah umur 14 tahun (3,2%).
Tabel 3. Distribusi
Frekuensi Responden Berdasarkan Lama
Pemakaian Alat Orthodonti Cekat
Jenis Kelamin
|
Frekuensi
|
%
|
Baru
Lama
Lebih lama
Total
|
16
21
26
63
|
25,4
33,3
41,3
100,0
|
Tabel
3 diatas menunjukkan bahwa responden terbanyak yang memakai alat orthodonti
cekat 26 responden (41,3%) memiliki kriteria lebih lama, dan terendah 16 responden (25,4%) memiliki kriteria baru.
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Kejadian Penyakit Gingivitis
Jenis Kelamin
|
Frekuensi
|
%
|
Sehat
Ringan
Sedang
Berat
Total
|
14
40
5
4
63
|
22,2
63,5
7,9
6,4
100,0
|
Tabel
4 diatas menunjukkan bahwa responden terbanyak 40 responden (63,5%) dengan kriteria
peradangan ringan, dan terendah 4 responden (6,4%) dengan kriteria peradangan berat.
Tabel 5. Tabulasi Silang Antara Lama Pemakaian Alat
Orthodonti Cekat Dengan Kejadian Penyakit Gingivitis
Kriteria
Indeks Gingiva
|
||||||
Sehat
|
Ringan
|
Sedang
|
Berat
|
Total
|
||
Kreteria Lama
|
Baru
|
14
|
2
|
0
|
0
|
16
|
Pemakaian
|
Lama
|
0
|
13
|
4
|
4
|
21
|
Lebih Lama
|
0
|
25
|
1
|
0
|
26
|
|
Total
|
14
|
40
|
5
|
4
|
63
|
Hasil
analis dengan menggunakan uji Kendall’s
Tau untuk mengetahui hubungan dua variabel diketahui bahwa koefisien
korelasi variabel lama pemakaian dan variabel kejadian penyakit gingivitis
dengan menggunakan indeks gingival sebesar 1.000 dan nilai p = 0.046 dengan
demikian nilai p < 0,05 jadi Ho ditolak dan Ha diterima, maka secara
statistik ada hubungan antara lama pemakaian alat orthodonti cekat dengan
kejadian penyakit gingivitis.
Data
yang didapat dari penelitian ini adalah hasil pemeriksaan indeks gingiva pada
pemakai alat orthodonti cekat dan lama pemakaian masing masing responden. Data
hasil penelitian ini diolah menggunakan uji analisis korelasi Kendall’s Tau yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan lama pemakaian alat orthodonti cekat pada siswa SMA Negeri
2 Yogyakarta yang meliputi karakteristik dan distribusi frekuensi tiap - tiap
variabel.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pemakai terbanyak alat orthodonti cekat dengan
kriteria lebih lama sebanyak (41,3%). Hasil ini sejalan dengan peneliti
sebelumnya oleh Trianto (2013) yang menyatakan (80%) responden memiliki
motivasi yang tinggi untuk melakukan perawatan orthodonsi13.
Peneliti yang lain Widhiantutiningsih (2013) menyebutkan tingkat pengetahuan
orthodonti responden sebagian besar tinggi yaitu sebanyak (86,7%)14.
Hasil
penelitian menunjukan kejadian penyakit gingivitis pada responden dengan
kriteria peradangan ringan sebanyak (63,5%). Hasil ini sejalan dengan peneliti
sebelumnya Marchelina (2016) yang menyatakan dari 31 responden sebagian besar
status kesehatan gingiva pada kriteria inflamasi ringan15, peneliti
lain Sasmina (2017) menyatakan status jaringan periodontal sebanyak (55%)
responden mengalami perdarahan gingiva disertai kalkulus16, peneliti
Dashari (2013) juga menyatakan (60%) responden pemakai alat orthodonti
cekat memiliki status kebersihan gigi dan mulut dengan kriteria sedang17.
Hasil
penelitian ini di dukung oleh teori bahwa Perubahan hormonal yang berlangsung
pada masa pubertas dapat menimbulkan perubahan jaringan gingiva terhadap
bakteri atau produk – produk plak. Perubahan hormonal pada masa pubertas dapat
menyebabkan inflamasi yang hebat yang diikiuti dengan pembengkakan dan
perdarahan gingiva18.
Gingivitis
dapat terjadi pada segala usia, tetapi paling sering muncul selama masa remaja.
Gingivitis terjadi akibat keberadaan dan pematangan plak gigi. Penyikatan gigi
dan pemeriksaan dengan sonde yang ringan dapat menimbulkan perdarahan dan
sakit. Gingivitis tidak mempunyai predileksi ras atau jenis kelamin dan
diklasifikasikan sesuai dengan distribusi, durasi, penyebab, dan keparahannya.
Distribusinya bisa bersifat umum, lokal, tepi, atau papilar. Durasinya dapat
akut atau kronis. Pada remaja, yang
lengkung giginya kurang mempunyai ruang untuk gigi yang terlambat erupsi.
Akumulasi plak menyebabkan jaringan meradang. Pada beberapa kasus perawatan
orthodonti kemungkinan diperlukan untuk menempatkan gigi ke posisi yang tepat
dimana gingiva cekat akan terbentuk19.
Tubuh mengandung hormon – hormon yang
sejatinya berada dalam keadaan seimbang, namun beberapa proses dalam kehidupan
kadang membuat hormon yang ada menjadi tidak seimbang. Proses kehidupan
tersebut meliputi pubertas, kehamilan dan menopause. Ketidakseimbangan hormon
tubuh membuat gusi menjadi rentan terserang penyakit salah satunya proses
meradang. Selain itu juga akibat penyakit tertentu, obat-obatan, atau lainnya
seperti kebiasaan yang salah seperti cara dan teknik menyikat gigi yang salah
atauy kebiasaan buruk seperti merokok9.
Efek
tekanan alat orthodonti cekat pada jaringan pulpa biasanya relatif tidak ada,
kecuali terjadinya hyperemia pulpa yang menyebabkan pasien tidak merasa nyaman
pada awal pemakaian alat orthodonti cekat. Karena respon yang diperlukan pada
perawatan alat orthodonti cekat adalah respon jaringan periodontal sementum,
ligamen periodontal,tulang alveolar,maka mungkin sekali untuk menggerakkan gigi
dan berpengaruh terhadap jaringan periodontal lainnya termasuk gingiva yang
dapat terjadi peradangan11.
Pada
pemakaian alat orthodonti cekat mukosa disekitar gigi (gingiva) mengalami remodeling yang lebih lambat daripada
tulang alveolar,sabut suprakrestal menegang pada saat dilakukan derotasi gigi
dan dibutuhkan waktu sekitar 9 bulan untuk menghilangkan ketegangan tersebut. Letak
gigi yang berdesakan menyebabkan gigi terletak labial atau lingual, yang dapat
menyebabkan berkurangnya gingiva pada regio tersebut10.
Selama
pemakaian alat orthodonti cekat, hal yang paling penting adalah menjaga
kebersihan mulut dengan baik. Alat orthodonti cekat biasanya akan mempermudah
plak dan sisa makanan menempel pada gigi, akibatnya rentan terhadap kerusakan
pada gigi (karies) dan jaringan periodontal (gingivitis). Anjuran untuk
penggunaan sikat gigi interdental untuk membersihkan sela – sela kawat gigi
atau sikat gigi elektrik yang akan mempermudah membersihkan gigi dan alat
ortodonti cekat. Perawatan topical fluoride atau obat kumur yang mengandung
fluoride, perawatan scalling untuk
membersihkan plak dan karang gigi yang menumpuk, menghindari beberapa makanan
yang keras dan mudah lengket20.
Kebersihan
gigi dan mulut sering kali menjadi lebih sulit diperoleh setelah pemasangan
alat orthodonti cekat. Usaha untuk menjaga kebersihan mulut pasien harus
dimulai pada kunjungan bonding. Membersihkan kelebihan komposit yang ada
disekitar braket, yang dapat berperan pada akumulasi plak, sama pentingnya
dengan pengolesan varnis flour atau agens pelindung lainnya di daerah permukaan
gigi sekitar braket. Operator harus membersihkan dengan cermat bahan adhesif
yang ada di dekat braket untuk mendapatkan kebersihan mulut yang baik khususnya yang ada dekat gingiva, dapat
dengan cepat merangsang akumulasi debris makanan dan pertumbuhan gingiva yang
berlebihan. Secara keseluruhan akumulasi plak pada braket dapat disimpulkan
bahwa sistem braket itu sendiri bukan faktor predisposisi yang paling penting
dalam akumulasi plak, lebih banyak variasi antar pasien, struktur yang rumit
membuat braket mempunyai daerah cekung dan lubang yang memungkinkan akumulasi
plak, kebersihan mulut pada pasien yang memakai braket itu sangat penting21.
Uraian
diatas dapat disimpulkan bahwa ada hubungan dua variabel tersebut hal ini di
dukung oleh hasil analis dengan menggunakan uji Kendall’s Tau. Diketahui bahwa koefisien korelasi variabel lama
pemakaian dan variabel kejadian penyakit gingivitis dengan menggunakan indeks
gingival sebesar 1.000, hasil dari uji
menunjukkan nilai p = 0.046 dengan demikian nilai p < 0,05 jadi Ho ditolak
dan Ha diterima, maka secara statistik ada hubungan antara lama pemakaian alat
orthodonti cekat dengan kejadian penyakit gingivitis pada siswa sekolah
menengah atas (SMA).
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan pada 63 responden pemakai alat orthodonti cekat
siswa SMA Negeri 2 Yogyakarta dapat disimpulkan :
1. Pemakaian
alat orthodonti cekat pada siswa SMA Negeri 2 Yogyakarta terbanyak pada kriteria
lebih lama (41,3%).
2. Penyakit
gingivitis pada pemakai alat orthodonti cekat siswa SMA Negeri 2 Yogyakarta
terbanyak pada kriteria peradangan ringan (63,5%).
3. Terdapat
Hubungan antara lama pemakaian alat orthodonti cekat dengan kejadian penyakit
gingivitis pada siswa sekolah menengah atas (SMA).
SARAN
1. Informasi
yang diperoleh kiranya dapat dijadikan pengetahuan, prilaku yang baik untuk
menjaga kebersihan gigi dan mulut setiap harinya, rutin melakukan kontrol ke dokter gigi secara
berkala.
2. Bagi
SMA Negeri 2 Yogyakarta dapat dimanfaatkan sebagai masukan dan peningkatkan
pengetahuan siswa melalui upaya penyuluhan.
3. Bagi
institusi pendidikan, hasil penelitian ini kiranya ada upaya kerjasama dalam
kegiatan promotive dan preventive secara berkesinambungan.
4. Bagi
peneliti berikutnya yang tertarik untuk mengembangkan penelitian serupa dapat
melakukannya dengan meneliti faktor – faktor lain yang mempengaruhi kejadian
penyakit gingivitis atau penyakit lainnya pada pemakai alat orthodonti cekat.
UCAPAN
TERIMA KASIH
Ucapan
terima kasih penulis sampaikan kepada yang terhormat :
1. Bapak
Joko Susilo, SKM., M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
2. Ibu
Siti Sulastri, S.Pd., S.SiT., M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan Gigi.
3. Bapak
Ta’adi, S.Pd., S.SiT., M.Kes selaku Ketua Program Studi D-IV Keperawatan Gigi.
4. Bapak
Suharyono, S.Pd., S.SiT., M.Kes selaku Ketua Dewan Penguji.
5. Ibu
Dwi Suyatmi, S.SiT., M.DSc selaku Pembimbing Utama.
6. Ibu
Dwi Eni Purwati, S.SiT., M.Kes selaku Pembimbing Pendamping.
7. Bapak
Kusworo, S.Pd., M.Hum selaku Kepala Sekolah SMAN 2 Yogyakarta serta responden
siswa – siswi Sekolah SMAN 2 Yogyakarta
8. Bupati
Murung Raya yang telah memberi dukungan dalam proses melanjutkan program studi
ini.
9. Kedua
orang tua, dosen - dosen, keluarga, saudara, sahabat dan teman - teman yang
telah memberikan bantuan dukungan material dan moral.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Depkes
RI., 2012, Pedoman Usaha kesehatan Gigi
Sekolah (UKGS), Direktorat Bina Upaya Kesehatan, Jakarta.
2.
Kemenkes
RI, 2013, Laporan Hasil Riskesdas,
Balitbang Kemenkes RI, Jakarta.
3.
Putri,
M.H., Herijulianti, E., Nurjannah, N., 2013, Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan jaringan Pendukung Gigi,
EGC, Jakarta.
4.
Kusumawardani,
E., 2011, Buruknya Kesehatan Gigi dan
Mulut, Siklus, Yogyakarta.
5.
Depkes
RI., 2010, Survei Kesehatan Rumah Tangga,
Sistem Kesehatan Nasional. SKRT-SKN,
Kemenkes RI, Jakarta.
6.
Depkes
RI., 2002, Pedoman Survey Dasar kesehatan
Gigi dan Mulut di Indonesia, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Jakarta.
7.
Nurul,
M.D., 2008, Peran Stres Terhadap Jaringan
Periodonsium, EGC, Jakarta.
8.
Pratiwi,
D., 2009, Gigi Sehat dan Cantik, PT.
Kompas Media Nusantara, Jakarta.
9.
Erwana,
A.F., 2013, Seputar Kesehatan Gigi dan
Mulut, Rapha Publishing, Yogyakarta.
10.
Rahardjo,
P., 2012, Orthodonsi Dasar. Edisi ke-II.
Airlangga University Press, Surabaya.
11.
Prijatmoko,
D., 2014, Biomekanik Pergerakan Gigi,
CV.Sagung Seto, Jakarta.
12.
Notoatmodjo,
S., 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan,
Rineka Cipta, Jakarta.
13.
Triatno,
B.N., 2013, Maloklusi Dengan Motivasi Perawatan Orthodonsi Pada Siswa Kelas X
SMAN 1 Sewon bantul Tahun 2013 (Skripsi),
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Yogyakarta.
14.
Widhiastutiningsih,
S., 2013, Tingkat Pengetahuan Orthodontik Dengan Kepatuhan Kontrol Pasien
Orthodontik Cekat di Klinik Bright Dental Care Yogyakarta (Skripsi), Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Yogyakarta.
15.
Marchelina.,
2016, Status kesehatan gingiva pada pengguna alat otrhodonti cekat di SMA 1
Manado (Skripsi), Program Studi
Pendidikan Dokter Gigi Universitas Sam Ratulangi Manado, Manado
16.
Sasmina,
I., 2017, Status jaringan periodontal terhadap kebutuhan perawatan periodontal
di SMAN 2 Yogyakarta (Skripsi),
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Yogyakarta.
17.
Dashari,
Y., dkk., 2013, Lama Pemakaian Alat Orthodonsi Cekat Dengan Status Kebersihan
Gigi dan Mulut pada Pasien yang Berkunjung ke Klinik Gigi Ibnu sina Yogyakarta” Jurnal Gigi dan mulut; Vol.1.,No.2.,hal.102
Yogyakarta, Poltekkes Kemenkes.
18.
Manson,
J.D., dan Eley, B.M., 1993, Buku Ajar
Periodonti, Edisi 2, Alih Bahasa oleh Anastasia, S., Hipokrates, Jakarta.
19.
Langlais,
Robert. P., 2009, Atlas Berwarna Lesi
Mulut Yang Sering Ditemukan. Edisi ke-IV. Alih Bahasa oleh Titi, S.,
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
20.
Ramadhan,
A. G., 2010, Serba Serbi Kesehatan Gigi
dan Mulut. Bukune, Jakarta.
21.
Wattimena,
M., 2013, Braket Self Ligating pada
Orthodontik : Kondsep & Teknik terbaru, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
No comments:
Post a Comment